PAMEKASAN, MaduraPost – Sebagai bagian dari daerah Nusantara, Madura memiliki sejarah yang kaya, terutama dalam hal agama dan kebudayaan.
Sebelum Islam tiba di pulau ini, Hindu-Buddha adalah agama mayoritas yang dianut, membentuk lanskap religius yang kental di Madura.
Menelusuri akar sejarah Kerajaan Madura Barat, membawa kita ke abad ke-15, di mana Ki Demung, seorang petualang dari daerah Sampang, memulai perjalanan pentingnya.
Di Desa Plakaran, Arosbaya, Ki Demung menikah dengan Nyai Sumekar, dan dari pernikahan itu lahir lima anak, termasuk tokoh penting dalam sejarah, Pangeran Islam Ongguk atau dikenal sebagai Raden Pragalba.
Meskipun dalam sejarah terdapat perdebatan mengenai agama Ki Demung, dengan beberapa catatan menunjukkan bahwa dia mungkin beragama Islam, namun anaknya, Raden Pragalba, tercatat sebagai penganut Hindu.
Namun, menjelang ajalnya, Raden Pragalba memeluk Islam atas dorongan putranya, Raden Pratala.
Penyebaran Islam di Madura tidak hanya terbatas pada keluarga Ki Demung. Pangeran Pratala, yang kemudian menjadi raja pertama Kerajaan Madura Barat dengan gelar Panembahan Lemah Duwur, memeluk Islam melalui bimbingan Empu Pageno.
Empu Pageno, setelah belajar Islam selama enam bulan, mengenalkan ajaran agama tersebut kepada Pangeran Pratala, menandai awal dari penyebaran Islam yang luas di Madura.
Keberhasilan Kerajaan Madura Barat dalam memeluk Islam juga memengaruhi kerajaan-kerajaan tetangga seperti Pamekasan dan Sumenep.
Madura Barat menjadi pusat pengaruh dan panutan, memperkuat posisinya sebagai kerajaan yang disegani di Madura.
Dengan percampuran budaya dan agama, sejarah Kabupaten Bangkalan memperlihatkan keragaman dan kekayaan warisan budaya yang patut diapresiasi, memberikan wawasan yang mendalam tentang evolusi sosial dan agama di pulau Madura.***