SAMPANG, MaduraPost – Di dalam hutan seluas sekira 2 hektare yang berada di Desa Batioh Kecamatan Banyuates terdapat ratusan kera liar yang hidup berkelompok. Ironisnya, kera yang hidup berkelompok sejak ratusan tahun yang lalu tersebut tidak mendapat perhatian serius dari Pemkab Sampang.
Hal tersebut memicu kegundahan salah satu organisasi pers di Kabupaten Sampang yaitu Persatuan Jurnalis Sampang (PJS) untuk datang melakukan bakti sosial (baksos) guna memberikan makanan kera yang berada di Hutan Nepa tersebut.
Mereka (PJS) datang dengan membawa makanan untuk kera berupa puluhan kilo kacang tanah serta jagung untuk mensupport asupan makan kepada kera-kera liar disana.
Faris Reza Malik Ketua Persatuan Jurnalis Sampang mengatakan, kegiatan baksos di Hutan Kera Nepa merupakan bentuk simpatinya terhadap hewan kera yang ada di Batioh tersebut. Menurutnya kera juga mahluk hidup yang harus juga kita jaga habitat dan keberlangsungan hidupnya.
“Kami datang kesini dengan membawa 25 kilo kacang tanah dan 25 kilo jagung untuk diberikan kepada monyet atau kera yang ada di Hutan Nepa,” ucap Faris.
Saat rombongan Persatuan Jurnalis Sampang (PJS) datang ke Hutan Nepa, Pak Busiri (50) selaku juru kunci tempat tersebut menyambut dengan baik. Lalu mengantar anggota PJS menyusuri hutan yang terdapat ratusan kera itu. Bak gayung bersambut sambil memanggil kera-kera dengan panggilan khasnya, ‘lololo’ serentak ratusan kera keluar secara bersamaan. Sambil dilemparkan makanan, tampak para kera-kera lahap menyantap makanan yang kami lemparkan.
Menurut Pak Busiri, kera tersebut hidup berdampingan dan tidak akan mengganggu atau menggigit para pengunjung. Hal tersebut senada dengan yang kami rasakan saat berada di area tersebut.
“Tenang saja pak, kera disini tidak akan menggigit, lemparkan saja makanannya nanti pasti di makan,” ucap Pak Busri sambil berlalu meninggalkan kera-kera.
Menurut pria paruh baya tersebut, ketakutan warga terhadap kera tersebut ketika masuk ke rumah warga. Menurutnya ketika kera merasq kelaparan dan tidak mendapatkan makanan maka kera tersebut akan masuk kerumah warga untuk mencari makanan atau nasi.
“Pernah pak masuk ke dapur orang kampung disini. Kami semua merasa takut,” sambungnya lirih.
Menurut Busri, hingga saat ini tidak ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sampang untuk makanan kera-kera yang berada di Hutan Nepa tersebut.
“Dulu sebelum corona pernah ada pak bantuan makanan untuk kera, tapi setau saya sekitar 5 tahunan ini tidak ada lagi,” tambahnya.
Setelah masuk ke hutan tersebut kurang lebih sekira 500 meter kami bertemu dengan perempuan tua yang sedang membersihkan sampah di dalam Hutan Nepa tersebut. Sebanyak 8 orang perempuan tua tampak memegang sapu. Kepada MaduraPost dan jurnalis lainnya mereka menceritakan kalau dirinya bersama yang lain melakukan bersih-bersih karena dorongan dari hatinya sendiri. Tak ada upah yang ia dapat dari membersihkan sampah-sampah yang ada di dalam hutan tersebut.
“Suka rela pak, tak ada gajinya,” ucap Rohemah, wanita tua yang menjadi relawan bersih-bersih di area tersebut.
“Kami melakukan ini murni karena panggilan hati. Dan kami bersih-bersih seminggu sekali,” tambahnya.
Tanggapan Kadisporabudpar Sampang
Sementara itu saat media ini melakukan konformasi kepada Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sampang Marnilem, pihaknya mengatakan kalau anggaran untuk kera di Nepa memang tidak ada.
“Tdk ada mas,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp, Selasa (14/05/2024).
Menurut Marnilem, pihaknya tidak menampik kalau anggara tersebut sudah tidak ada sejak beberapa tahun yang lalu.
“Dulu ada
Sejak th 2020 tdk ada,” tambahnya.