SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Headline

Komitmen Tika Suhartatik Dalam Menerbitkan Sebuah Buku, Satu Catatan Lebih Baik dari Seribu Ingatan

Avatar
×

Komitmen Tika Suhartatik Dalam Menerbitkan Sebuah Buku, Satu Catatan Lebih Baik dari Seribu Ingatan

Sebarkan artikel ini

SUMENEP, Madurapost.id – Suhartatik, nama akrab dari Tika Suhartatik. Seorang perempuan yang hobi menulis dan gemar melihat masa lampau dengan menata masa depan.

Suhartatik lahir di tanah Madura, Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep. Selain suka menulis, dia juga pernah aktif sebagai seorang wartawan disalah satu surat kabar.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Namun kini, dia telah beranjak maju. Karya-karyanya seperti menjadi oretan pada masanya. Dari mulai lomba karya tulis ilmiah (LKTI) hingga menjadi pegiat sastra di Sumenep.

Meski baru menerbitkan satu buku Antologi Puisi murni miliknya yang berjudul ‘Seteguk Kopi Emak’, namun dirinya tak tergesah menjadi seorang penyair. Sebab diketahui, Kabupaten ujung timur Pulau Madura ini disebut-sebut sebagai gudangnya penyair.

Baca Juga :  Semakin Meluas, Pasien Positif Corona di Sampang Bertambah Menjadi Empat Orang

Seperti, D. Zawawi Imron, Mahwi Air Tawar, M. Fauzi, Alfaizin Sanasren, dan pegiat seni sastrawan muda yang sudah mulai lahir serta ikut membudayakan sastra di era saat ini.

“Dengan buku ini saya tidak bermaksud ‘Melamar’ menjadi penyair, apalagi menisbatkan sebagai penyair,” tulis Suhartatik, dalam kata pengantar buku kumpulan puisinya yang berjudul Seteguk Kopi Emak, Sabtu (16/8).

Kumpulan puisi milik Suhartatik yang terbit tahun 2020 ini adalah catatan penting dalam setiap perjalanannya meniti karir. Dalam oretan tintanya, Suhartatik tak pernah melepaskan budaya Madura yang tetap melekat pada dirinya sebagai perempuan Madura.

Paling sempat, dalam beberapa puisi miliknya, Suhartatik memberikan banyak simbol kasih sayang seorang ibu dan keadaan sosial yang terjadi. Seperti doa seorang ibu yang terus mengalir pada langkah perjalanan sang anak, dan kondisi negeri ini dari hari ke hari, masa ke masa.

Baca Juga :  H. Beng Handayani Terpilih Sebagai Kades PAW Desa Klompang Timur

“Saya hanya ingin merawat sekaligus ingin mendokumentasikan catatan-catata atas peristiwa peristiwa sehari-hari yang melintas dan yang saya rasakan dalam pikiran,” akuinya.

Bagi Suhartatik, satu catatan lebih baik dari seribu ingatan. Sebab itu, disetiap langkah perjalanannya catatan kecil sangat begitu penting daripada masih menunggu untuk diserap oleh pikirannya sendiri.

“Karena saya bahagia ketika apa yang saya rasakan bisa saya luapkan dalam buku catatan,” ujar Suhartatik, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumenep.

Baca Juga :  Polda Jatim Turun Tangan, RSUDMA Sumenep Ketar Ketir

Pemikiran Suhartatik pun seakan tak bisa dibendung. Obsesi menulis telah membawanya ke dunia petualangan kehidupannya sendiri.

“Bagi saya, menulis seperti sebuah petualangan yang selalu memberikan tantangan tersendiri,” ucapnya, dalam gairah menulis dia.

Menurutnya, ingatan manusia sangatlah terbatas. Selain gampang lupa, tak semua ingatan lekas dicerna. Kadang harus menunggu berbulan-bulan untuk mengingatnya. Atau tidak sama sekali.

“Saat ini kita harus mampu merekam dan secepatnya menuangkan dalam tulisan, meski kadang terpotong beberapa waktu. Imajinasi yang muncul harus segera ditangkap. Dan dalam konteks bagi saya, satu catatan lebih baik dari seribu ingatan,” tukasnya. (Mp/al/kk)

Baca berita lainnya di Google News atau langsung ke halaman Indeks

Konten di bawah ini disajikan oleh advertnative. Redaksi Madura Post tidak terlibat dalam materi konten ini.