PAMEKASAN, MaduraPost – Desa Dempo Barat, sebuah peradaban kecil yang terletak di Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan, ternyata menjadi cikal bakal lahirnya fenomena unik, Sapi Sonok.
Cerita ini tak lepas dari dorongan seorang tokoh sekaligus kepala desa yang memiliki visi jauh ke depan, Khairuddin, yang menginspirasi warga desa untuk menyayangi dan merawat hewan-hewan peliharaan sebagai sumber penghidupan yang berkelanjutan.
Khairuddin, yang memimpin desa selama 42 tahun, bukan hanya seorang kepala desa biasa. Dia adalah sosok yang menjadi jembatan komunikasi dan instruksi bagi masyarakat, memupuk semangat untuk menjaga tradisi keluarga dalam memelihara hewan ternak.
Meskipun memiliki jabatan, Khairuddin tidak pernah melupakan akarnya, mencintai dan merawat seekor sapi sepanjang hidupnya.
Menurut cucunya, Joko Pranoto, kepala desa saat ini, Khairuddin adalah penggerak utama di balik lahirnya Sapi Sonok. Dalam ingatannya, Khairuddin sudah mulai memperkenalkan konsep kesenian budaya ini sejak tahun 1950-an.
Salah satunya hal itu dilakukan dengan menggalang partisipasi masyarakat dalam beternak sapi sebagai upaya untuk keberlanjutan hidup.
Perlahan namun pasti, Sapi Sonok mulai dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan, pada tahun 1985, fenomena ini mencapai puncaknya ketika seorang peneliti seni dari Kanada tertarik untuk datang ke Desa Dempo Barat dan mempelajari langsung sapi-sapi betina piaraan warga yang menjadi ikon Sapi Sonok.
Perjalanan Sapi Sonok tidak berhenti di tingkat lokal. Pada awal kemunculannya, Khairuddin dan beberapa pecinta sapi membawa pertunjukan Sapi Sonok hingga ke Kabupaten Pati dan Kota Semarang, Jawa Tengah.
Ini menjadi bukti bahwa keberhasilan sebuah inisiatif lokal bisa menginspirasi dan menarik perhatian dari berbagai kalangan, bahkan internasional.
Kisah Sapi Sonok menjadi bukti bahwa dengan semangat gotong royong dan cinta terhadap hewan serta lingkungan, sebuah desa kecil pun bisa menjadi sumber inspirasi bagi dunia.
Dari satu sapi, lahir sebuah fenomena yang menginspirasi dan mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan keberlanjutan hidup.***