PAMEKASAN, MaduraPost – Zubair bin Awwam, salah satu nama besar dalam sejarah Islam, dikenal sebagai pejuang tangguh dan sahabat Nabi Muhammad SAW yang memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa penting perjuangan Islam.
Ia adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin oleh Rasulullah SAW masuk surga, sebuah kehormatan yang diberikan kepada mereka yang memiliki keimanan dan keberanian luar biasa.
Zubair bin Awwam bukan hanya seorang panglima perang yang hebat, tetapi juga sepupu Nabi Muhammad dan menantu dari sahabat terdekat Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Kedekatannya dengan keluarga Nabi dan kontribusinya dalam mempertahankan Islam menjadikannya sosok yang tak terlupakan dalam sejarah.
Memeluk Islam di Usia Muda
Zubair merupakan salah satu dari as-sabiqun al-awwalun—orang-orang yang pertama kali memeluk Islam.
Saat itu, ia masih sangat muda, namun keberaniannya untuk mengakui Islam di tengah masyarakat Quraisy yang menolak keras ajaran Nabi, menunjukkan karakter pejuangnya sejak awal.
Keislaman Zubair menghadapi penentangan hebat dari keluarganya, namun tak sedikitpun goyah imannya.
Ia bahkan menjadi perisai bagi Nabi Muhammad dan kaum Muslimin dalam menghadapi berbagai ancaman dari kaum musyrik Quraisy.
Perannya semakin kentara ketika ia mulai terlibat dalam pertempuran-pertempuran besar demi membela Islam.
Pejuang di Medan Perang
Zubair dikenal sebagai seorang pejuang yang tak kenal takut. Dalam Perang Badar, ia menunjukkan keberaniannya melawan musuh-musuh Islam.
Peranannya tak hanya dalam Badar, tetapi juga dalam Perang Uhud, di mana ia dengan gagah berani melindungi Nabi Muhammad meskipun kaum Muslimin tengah terdesak.
Pada saat Perang Khandaq, Nabi Muhammad mengirim Zubair dalam misi berbahaya untuk mengintai pergerakan musuh.
Atas keberhasilannya, Nabi berkata, “Setiap nabi memiliki pengikut setia, dan pengikut setiaku adalah Zubair bin Awwam.” Pengakuan ini menjadi bukti betapa besar kepercayaan Nabi terhadap Zubair.
Tuntutan Keadilan di Perang Jamal
Namun, setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, umat Islam mengalami masa-masa sulit.
Zubair, bersama Thalhah bin Ubaidillah dan Aisyah, terlibat dalam Perang Jamal yang terjadi sebagai bentuk tuntutan keadilan atas terbunuhnya Utsman.
Perang ini merupakan titik penting dalam sejarah, di mana umat Islam terpecah belah akibat konflik internal.
Meski awalnya berada di pihak oposisi terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib, Zubair akhirnya mundur dari peperangan setelah menyadari ketulusan niat Ali.
Sayangnya, Zubair kemudian dibunuh secara tragis oleh salah satu pengikutnya sendiri dalam perjalanan keluar dari medan perang.
Dijamin Masuk Surga
Zubair bin Awwam termasuk salah satu dari Al-‘Asharah Al-Mubasharun bil Jannah, sepuluh sahabat yang dijamin oleh Nabi Muhammad SAW akan masuk surga.
Status ini menjadi bukti betapa besar dedikasi dan pengorbanan Zubair dalam membela Islam.
Keberaniannya, kesetiaannya, serta pengorbanannya untuk umat Islam menjadikannya sosok yang dihormati oleh generasi selanjutnya.
Tak hanya dikenal sebagai pejuang, Zubair juga terkenal karena kedermawanan dan kebijaksanaannya.
Kekayaannya ia gunakan untuk membantu kaum Muslimin dan mendukung perjuangan Islam.
Ia juga dikenal sebagai sosok yang memiliki hati mulia, serta bijaksana dalam menjalani kehidupan sebagai seorang pemimpin keluarga dan sahabat.
Warisan Abadi
Meskipun Zubair bin Awwam wafat secara tragis, namanya tetap hidup dalam sejarah Islam sebagai salah satu pahlawan terhebat.
Keberaniannya di medan perang dan pengabdiannya kepada Nabi Muhammad SAW membuatnya dikenang sebagai salah satu sahabat terdekat yang berjuang demi tegaknya Islam.
Hingga kini, umat Islam terus mengambil inspirasi dari Zubair sebagai pejuang yang berani, dermawan, dan setia.
Zubair bin Awwam adalah contoh nyata bahwa keimanan dan keberanian akan mendapatkan balasan surga, sebagaimana jaminan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepadanya.***