PAMEKASAN, MaduraPost – KH Musleh Adnan, seorang dai kondang dari Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, belakangan ini semakin dikenal luas di media sosial.
Berbeda dari penceramah lainnya, Kiai Musleh, begitu ia akrab disapa, memiliki gaya berceramah yang santai dan penuh humor.
Sentuhan jenaka dalam ceramahnya membuat pesan-pesan yang ia sampaikan mudah dipahami oleh berbagai kalangan, mulai dari remaja hingga orang tua.
Kiai Musleh lahir di Jember pada 18 Oktober 1975, KH Musleh Adnan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Sejak usia muda, ia sudah menunjukkan minat besar dalam menimba ilmu agama.
Pada tahun 1987, ia memutuskan untuk menjadi santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid di Paiton, Probolinggo.
Meski kondisi ekonomi keluarganya terbatas dan hanya mampu membiayai SPP, hal ini tidak memadamkan semangatnya untuk belajar di pesantren besar tersebut.
Di sana, Kiai Musleh muda melewati berbagai tantangan sebagai santri, menguatkan mental dan spiritualnya yang kelak menjadi bekal dalam dakwah.
Selepas menyelesaikan pendidikannya di Nurul Jadid, KH Musleh Adnan kembali menekuni bidang akademis dan menjadi dosen ilmu tafsir di Universitas Islam Madura.
Ia juga dipercaya untuk mengasuh Pesantren Nahdlatul Ta’limiyah di Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan.
Di sanalah kiprah dakwahnya kian berkembang, namun, pada awalnya, ia tak pernah bercita-cita menjadi seorang dai.
“Dulu saya hanya ingin menjadi dosen, fokus pada akademik,” ujarnya dalam sebuah kesempatan.
Namun takdir berkata lain; jalur dakwah yang ia tempuh justru mengantarkannya pada kesuksesan dan popularitas di kalangan umat.
Ceramah-ceramah KH Musleh Adnan, meski dikemas dengan canda, tetap sarat dengan pesan moral dan nasihat agama.
Ia mampu menyentuh hati para jamaah dengan mengaitkan ajaran agama dalam keseharian, membuat umat lebih mudah mencerna dan menerapkannya.
“Guyonan beliau itu menghibur, tapi isinya tetap mendalam. Banyak faedah yang bisa diambil,” ungkap salah seorang jamaah setianya.
Selain sukses di dunia dakwah, KH Musleh Adnan juga menjalani peran sebagai suami dan ayah.
Ia menikah dengan putri dari salah satu keluarga Ponpes Nurul Jadid, dan mereka dikaruniai beberapa anak.
Kehidupan pribadinya yang harmonis dan sederhana turut menambah kharisma dalam diri sang dai.
Kini, dengan gaya khasnya yang santai, KH Musleh Adnan terus menginspirasi dan menjadi panutan umat di Madura dan sekitarnya, menjadikan dakwah sebagai jalan hidup yang penuh makna.***