SOROTAN, MaduraPost – Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat, kecerdasan buatan (AI) semakin mengambil peran dalam berbagai aspek kehidupan.
Dari otomasi industri hingga pengambilan keputusan berbasis data, AI dirancang untuk mengurangi kesalahan manusia atau yang sering disebut human error.
Namun, apakah AI benar-benar bebas dari kesalahan? Atau justru kesalahan manusia tetap hadir dalam sistem AI, hanya dalam bentuk yang berbeda?
Kesalahan manusia adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Faktor seperti kelelahan, stres, keterbatasan pengetahuan, hingga bias kognitif sering menjadi penyebab utama terjadinya kesalahan.
Dalam berbagai sektor, seperti medis, transportasi, dan industri manufaktur, human error bisa berdampak fatal.
Namun, di balik itu, human error juga mencerminkan sifat manusia yang fleksibel dan adaptif.
Kesalahan sering kali menjadi sumber pembelajaran, memungkinkan manusia untuk berkembang dan meningkatkan keterampilannya.
Dalam dunia kerja, banyak inovasi yang lahir dari percobaan dan kesalahan yang dilakukan oleh manusia.
AI diciptakan untuk mengurangi kesalahan manusia dengan menghadirkan sistem berbasis algoritma yang lebih cepat, efisien, dan tidak terpengaruh oleh faktor emosional atau kelelahan.
Namun, meskipun AI tampak lebih unggul dalam hal presisi, kesalahan tetap bisa terjadi.
Bedanya, kesalahan dalam AI sering kali bersumber dari manusia itu sendiri, terutama dalam bentuk:
1. Bias Data
AI belajar dari data yang diberikan manusia. Jika data tersebut mengandung bias, maka AI akan mereproduksi kesalahan yang sama dalam pengambilan keputusan.
2. Kesalahan Pemrograman
Algoritma yang dibuat manusia bisa memiliki bug atau kelemahan yang tidak terduga, yang dapat menyebabkan AI membuat keputusan yang salah.
3. Salah Interpretasi oleh Manusia
AI dapat menghasilkan hasil yang akurat, tetapi jika manusia salah menafsirkan atau menggunakan hasil tersebut secara keliru, maka kesalahan tetap terjadi.
Meskipun AI mampu mengurangi human error dalam banyak aspek, teknologi ini masih sangat bergantung pada manusia.
AI tidak memiliki pemahaman kontekstual atau intuisi seperti manusia.
Sebaliknya, manusia memiliki kemampuan untuk belajar dari kesalahan dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh AI.
Di sinilah muncul garis tipis antara manusia dan AI. AI bisa menggantikan banyak tugas berbasis data, tetapi kreativitas, intuisi, dan pemecahan masalah kompleks masih menjadi keunggulan manusia.
Human error adalah bagian alami dari manusia, sementara AI berusaha untuk mengurangi kesalahan tersebut.
Namun, AI tidak bisa sepenuhnya bebas dari kesalahan karena tetap bergantung pada data, algoritma, dan interpretasi manusia.
Oleh karena itu, tantangan ke depan bukan hanya menciptakan AI yang lebih canggih, tetapi juga membangun sistem yang memungkinkan manusia dan AI bekerja sama secara optimal.
Dengan demikian, kesalahan dapat diminimalkan tanpa kehilangan aspek kemanusiaan yang membuat kita tetap unggul.***
Penulis: Amin Bashiri (Seniman Sumenep)