PAMEKASAN, MaduraPost – Sayyidina Umar bin Khattab, sosok yang dikenal sebagai salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW dan Khalifah kedua dalam sejarah Islam, memainkan peran penting dalam penyebaran dan pengembangan Islam di seluruh jazirah Arab.
Keadilan dan ketegasannya dalam memimpin membuat Umar bin Khattab dikenang sebagai pemimpin yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah peradaban Islam.
Perjalanan Menuju Islam
Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab adalah seorang penentang keras terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Ia lahir dari keluarga suku Quraisy yang terpandang, khususnya dari Bani Adi, yang memegang peranan penting dalam urusan sosial dan politik Mekkah.
Pada awalnya, Umar menolak keras Islam karena dianggapnya sebagai ancaman bagi tradisi dan kepercayaan nenek moyangnya.
Sikap tegas dan kekerasan Umar terhadap kaum Muslim telah menyebabkan banyak pengikut Nabi hidup dalam ketakutan.
Namun, perjalanan spiritualnya berubah drastis ketika ia mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh saudarinya, Fatimah binti Khattab, yang sudah lebih dulu masuk Islam.
Setelah merenungi makna ayat-ayat tersebut, hati Umar mulai terbuka, dan dengan tekad kuat, ia mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk menyatakan keislamannya.
Keputusan ini mengejutkan masyarakat Quraisy dan kaum Muslim sendiri, karena Umar dikenal sebagai musuh yang kuat. Setelah masuk Islam, Umar menjadi salah satu pembela Islam yang paling berpengaruh.
Menjadi Khalifah Kedua
Setelah wafatnya Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab diangkat sebagai khalifah kedua pada tahun 634 M.
Masa pemerintahannya berlangsung selama sepuluh tahun, dari 634 M hingga 644 M, dan dikenal sebagai periode kemajuan dan ekspansi besar dalam sejarah Islam.
Di bawah kepemimpinannya, kekaisaran Islam meluas secara signifikan, mencakup wilayah-wilayah seperti Persia, Suriah, Mesir, dan Palestina.
Selain ekspansi militer, Umar juga memperkenalkan berbagai reformasi pemerintahan yang progresif, seperti sistem administrasi yang lebih terorganisir, pembentukan lembaga keuangan negara (Baitul Mal), dan sistem pencatatan sipil.
Keadilan dalam Kepemimpinan
Salah satu aspek paling menonjol dari kepemimpinan Umar bin Khattab adalah keadilannya. Ia dikenal tidak membeda-bedakan antara kaum Muslim maupun non-Muslim dalam hal keadilan.
Bahkan, ia sering kali menyamar untuk melihat langsung kondisi rakyatnya dan memastikan bahwa semua orang mendapatkan hak yang adil.
Umar juga dikenal sederhana dan hidup dalam kesederhanaan meskipun memimpin kekaisaran yang luas.
Sikap keadilan Umar terlihat dalam salah satu kisahnya yang terkenal, di mana ia memutuskan hukuman terhadap seorang pejabat tinggi yang menzalimi rakyat kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemerintahan Umar, tidak ada yang kebal hukum, termasuk pejabat negara.
Wafatnya Umar bin Khattab
Sayyidina Umar bin Khattab wafat pada tahun 644 M setelah ditikam oleh seorang budak Persia bernama Abu Lu’lu’ah ketika sedang memimpin salat Subuh di Masjid Nabawi, Madinah.
Meskipun mengalami luka parah, Umar tetap menunjukkan keteguhan imannya hingga akhir hayatnya.
Kematian Umar menjadi kehilangan besar bagi dunia Islam. Namun, warisan kepemimpinan dan keadilannya terus dikenang hingga kini sebagai contoh teladan dalam kepemimpinan Islami.
Sayyidina Umar bin Khattab adalah salah satu sosok paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Ketegasan, keadilan, dan kecintaannya pada Islam menjadikannya sebagai pemimpin yang dihormati dan dikenang sepanjang masa.
Perubahan dari seorang penentang Islam menjadi pendukung terkuatnya adalah salah satu kisah paling inspiratif dalam sejarah perjalanan spiritual manusia.
Warisannya terus hidup sebagai pelajaran berharga dalam sejarah umat Islam.***