SUMENEP, MaduraPost – Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, memecahkan rekor tertinggi sebagai penderita Tuberculosis (TBC) se Jawa Timur dengan total 1667 kasus penderita TBC.
Di hari peringatan TBC pada Rabu, 24 Maret 2021 kemarin, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep melaunching Desa siaga TBC di Desa Garujugan, Kecamatan Gapura.
Hal itu dilakukan sebagai percepatan penanggulangan TBC yang seolah lebih membahayakan dari pada virus Corona.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami berkomitmen akan menuntaskan TBC dikalangan masyarakat ini. Agar bisa segera tertuntaskan, perlu dukungan semua pihak,” terang Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep, Agus Mulyono pada media ini, Jumat (26/3).
Agus mengaku, telah mempersiapkan segala keperluan untuk pengobatan bagi penderita penyakit mematikan nomor satu di Indonesia ini.
“Kami di Kabupaten ini sudah diperintahkan untuk menyiapkan apa-apa yang perlu disiapkan. Diantaranya obat. Obat itu mahal, enam bulan mereka untuk dilayani, tapi kita siapkan,” katanya.
Menurutnya, jika obat telah disiapkan, penyakit TBC bisa ditemukan se awal-awalnya.
“Ditemukannya tentu di Desa, oleh tim gabungan Puskesmas dan Desa, juga tokoh masyarakat harus terlibat disini,” ujarnya.
Sementara soal dibentuknya Desa Siaga TBC, Agus mengatakan, launching Desa siaga TBC dilakukan agar ada deteksi dini, dari penemuan kasus TBC. Menurutnya, harus ada pengobatan sedini mungkin.
“Kalau obatnya itu sudah ada standartnya, mahal, tapi tidak perlu khawatir karena disediakan oleh Dinkes melalui dana dari APBD Pemkab,” tutur Agus.
Hingga saat ini, bagi masyarakat yang menderita penyakit TBC akan menerima pelayanan semaksimal mungkin.
“InsyaAllah pengobatannya sangat efektif dengan 95 persen lebih,” ucapnya.
Kendati begitu, Agus mengatakan, Desa Siaga TBC akan terbentuk di 27 Kecamatan yang ada di Sumenep.
“Nanti akan merembet kepada Desa yang lain. Desa Garujugan, Kecamatan Gapura adalah contoh awal,” jelas dia.
Sejauh ini, di Sumenep masih rentan kasus TBC di masyarakat. Agus pun juga tidak menampik realita tersebut. Sebab itu, dirinya berupaya sedini mungkin agar penyakit TBC bisa dientaskan secara masif.
“Untuk pengentasan TBC ini tergantung penemuan. Nah, penemuannya ini harus 100 persen dulu, lalu dilakukan pengobatan, dan terakhir masyarakat harus disiplin. Ini dulu yang harus dikerjakan, dari tahapan di Desa harus bergerak hingga pelosok,” pungkasnya.