PAMEKASAN, MaduraPost – Said bin Zaid adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk dalam sepuluh orang yang dijamin masuk surga.
Kisahnya masuk Islam memiliki latar belakang yang unik karena ia berasal dari keluarga yang secara khusus telah mengenal ajaran tauhid jauh sebelum Islam datang.
Ayahnya, Zaid bin Amr, adalah seorang monoteis yang menolak menyembah berhala dan sudah mencari kebenaran agama yang mengajarkan keesaan Tuhan.
Ayah Said, Zaid bin Amr, adalah salah satu dari segelintir orang Mekah yang menolak agama penyembahan berhala suku Quraisy.
Zaid mencari kebenaran dengan mempelajari agama Yahudi dan Nasrani, tetapi tidak menemukan ajaran yang sesuai dengan keyakinannya.
Ia akhirnya berdoa kepada Allah agar ditunjukkan jalan yang benar. Meski meninggal sebelum kedatangan Islam, Zaid berpegang teguh pada ajaran tauhid, yang sangat berpengaruh bagi Said bin Zaid.
Ketika Nabi Muhammad mulai mendakwahkan Islam, Said bin Zaid dan istrinya, Fatimah binti Khattab (adik dari Umar bin Khattab), segera merasa tertarik.
Said, dengan warisan ajaran tauhid dari ayahnya, langsung mengenali kebenaran dalam ajaran Nabi Muhammad. Tak butuh waktu lama, Said memutuskan untuk masuk Islam, dan ia menjadi salah satu orang yang pertama-tama memeluk Islam.
Keputusannya memeluk Islam menimbulkan risiko besar, terutama karena suku Quraisy menentang Islam dengan keras.
Adik iparnya, Umar bin Khattab, yang saat itu belum masuk Islam, dikenal sebagai salah satu penentang paling keras. Umar bahkan sampai memarahi Fatimah dan Said karena keduanya mengikuti ajaran Nabi Muhammad.
Kisah ini mencapai puncaknya ketika Umar mendatangi rumah Said dan Fatimah dengan amarah karena mendengar kabar mereka telah masuk Islam.
Di tengah ketegangan, Said dan Fatimah tetap mempertahankan iman mereka dan menolak meninggalkan Islam.
Keberanian mereka dalam mempertahankan keyakinan bahkan menginspirasi Umar untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an, yang akhirnya menjadi awal proses hidayah baginya.
Sepanjang hidupnya, Said bin Zaid mendampingi Nabi dalam berbagai peperangan dan perjuangan. Meski tidak banyak disebut dalam berbagai kisah terkenal, kesetiaannya tetap luar biasa.
Setelah wafatnya Nabi, Said bin Zaid juga tetap berpegang teguh pada ajaran Islam dan setia dalam membela keutuhan agama.
Said dikenal sebagai pribadi yang rendah hati, namun sangat berani dan teguh dalam keimanan. Ia hidup dengan prinsip tauhid yang diajarkan ayahnya dan diperkuat dengan ajaran Nabi Muhammad.
Warisan ajarannya adalah keteguhan dalam mempertahankan kebenaran, meski harus menghadapi perlawanan dari keluarga atau lingkungan terdekat.
Kisah Said bin Zaid mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memiliki keteguhan iman dan keberanian dalam menjalankan kebenaran, bahkan ketika menghadapi tekanan dari orang-orang terdekat.***