PAMEKASAN, MaduraPost – Di sebuah kota kecil yang penuh dengan kehangatan, Pamekasan, lahirlah seorang anak perempuan pada 14 November 1993.
Namanya Novi Tri Astuti, tetapi orang-orang lebih mengenalnya sebagai Tyas. Sejak kecil, Tyas sudah menunjukkan minat yang besar terhadap dunia literasi dan pendidikan.
Ia kerap menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, tenggelam dalam lautan buku. Tyas tumbuh menjadi sosok yang penuh semangat dan selalu ingin belajar.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, ia melanjutkan studinya di Universitas Madura, mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Masa kuliah bagi Tyas bukanlah waktu untuk bersantai. Selain berkuliah, ia juga mengajar sebagai guru honorer di SMP Qurratul Uyun sejak tahun 2014.
Sebagai guru, Tyas dikenal penuh dedikasi dan kasih sayang. Ia tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing siswa-siswinya dalam bidang literasi.
Keberhasilan Tyas dalam membimbing siswa-siswinya terwujud ketika banyak dari mereka berhasil menerbitkan karya di berbagai media.
Kebanggaan dan kebahagiaan meliputi hati Tyas setiap kali melihat anak didiknya berhasil. Namun, perjalanan Tyas tidak selalu mulus.
Ada kalanya ia harus berjuang keras membagi waktu antara kuliah, mengajar, dan menulis. Tantangan demi tantangan datang silih berganti, tetapi semangat Tyas tak pernah surut.
Kecintaannya terhadap literasi tidak berhenti di sekolah. Tyas juga aktif mengembangkan perpustakaan desa Ananda di Desa Pagendingan, Kecamatan Galis.
Di sana, ia mengajak anak-anak desa untuk gemar membaca dan menulis. Bagi Tyas, literasi adalah kunci untuk membuka jendela dunia, dan ia ingin anak-anak di desanya merasakan keajaiban itu.
Ketekunan dan kerja kerasnya membuahkan hasil manis pada tahun 2023 ketika ia diangkat menjadi ASN PPPK di SD Negeri Akkor.
Sebuah pencapaian yang tidak hanya membanggakan dirinya, tetapi juga keluarga dan rekan-rekannya.
Di balik kesuksesan Tyas, ada sebuah kisah cinta yang indah. Tyas menikah dengan Amirul Mukminin, seorang dosen di Universitas Madura.
Dari pernikahan mereka, lahirlah dua buah hati yang diberi nama Kaffah dan Bara. Keluarga kecil ini adalah sumber kebahagiaan dan inspirasi bagi Tyas.
Dukungan suami dan anak-anaknya menjadi semangat tambahan bagi Tyas untuk terus berkarya. Selain menjadi guru yang inspiratif, Tyas juga dikenal sebagai pribadi yang bijaksana.
Salah satu kata bijak yang selalu dipegang teguh olehnya adalah, “Salah satu hal yang abadi adalah tulisan, maka menulislah maka kau akan bisa merubah dunia.”
Kata-kata ini bukan sekadar hiasan, tetapi menjadi prinsip hidup bagi Tyas. Ia percaya bahwa melalui tulisan, ia bisa membawa perubahan positif bagi banyak orang.
Tyas mengajarkan kita semua bahwa dalam hidup, tidak ada yang lebih berharga daripada ilmu dan pengetahuan. Dengan ilmu, kita bisa mengubah dunia.
Dan dengan menulis, kita bisa membuat perubahan itu abadi. Terima kasih, Tyas, atas dedikasi dan inspirasimu. Engkau adalah teladan bagi kita semua.***