Scroll untuk baca artikel
Sorotan

Biografi KH. Achmad Djauhari Chotib: Pelopor Pendidikan Modern di Madura

Avatar
36
×

Biografi KH. Achmad Djauhari Chotib: Pelopor Pendidikan Modern di Madura

Sebarkan artikel ini
Pengorbanan dan kerja keras KH. Achmad Djauhari Chotib dalam mendirikan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep pada tanggal 10 November 1952 menjadi pondasi kokoh yang terus diwariskan hingga kini. (DOK/MaduraPost)

PAMEKASAN, MaduraPost – Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Jawa Timur, memiliki sejarah yang kaya dan penuh inspirasi. Didirikan oleh KH. Achmad Djauhari Chotib pada tanggal 10 November 1952 di desa Prenduan, Sumenep, Madura, pesantren ini telah menjadi pusat pendidikan dan pengembangan karakter yang penting bagi masyarakat sekitar.

Pada awalnya, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan berdiri dengan tujuan sederhana: memberikan pendidikan agama yang mendalam kepada para santri.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Namun, seiring berjalannya waktu, pesantren ini berkembang pesat dan mampu merespons tantangan zaman dengan memperluas cakupan pendidikannya.

Saat ini, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan mengelola empat sentra pendidikan yang terdiri dari 13 lembaga pendidikan.

Setiap lembaga tersebut memiliki karakteristik dan kurikulum yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang beragam, baik dalam bidang agama maupun umum.

Dengan dedikasi dan komitmen tinggi, pesantren ini terus menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia.

Baca Juga :  Malam Penganugerahan Gebyar Ramadan, DPC PWRI Terima Aplaus Bupati Sumenep

Keberhasilan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan tidak terlepas dari peran penting para pendiri dan pengurus yang dengan tekun membangun dan mengembangkan pesantren ini.

Pengorbanan, kerja keras, dan visi jauh ke depan dari KH. Achmad Djauhari Chotib menjadi pondasi kokoh yang terus diwariskan hingga kini.

Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan juga menjadi saksi perubahan sosial dan budaya di lingkungan sekitarnya.

Dengan tetap menjaga nilai-nilai tradisional dan keislaman, pesantren ini mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman, menciptakan generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Dengan sejarah yang panjang dan prestasi yang mengagumkan, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan terus berkomitmen untuk menjadi pusat pendidikan yang unggul, memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan agama.

Biografi KH. Achmad Djauhari Chotib

KH. Achmad Djauhari Chotib lahir pada awal abad ke-20 di sebuah keluarga yang taat beragama di Madura. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan ketertarikan dan kecintaan yang mendalam terhadap ilmu agama.

Baca Juga :  Mengenang Ahmad Wahib: Pewaris Kehidupan Pluralistik dan Reformasi Pemikiran Islam

Pendidikan formalnya ditempuh di berbagai pesantren ternama di Jawa Timur, di mana beliau mendalami berbagai disiplin ilmu keislaman.

KH. Achmad Djauhari Chotib adalah seorang ulama yang memiliki wawasan luas dan pemikiran progresif.

Pada tahun 1952, beliau mendirikan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan dengan visi menciptakan lembaga pendidikan yang tidak hanya menekankan pada ilmu agama, tetapi juga ilmu umum.

Pesantren ini diharapkan menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengembangkan potensi diri mereka secara komprehensif.

Selain mengelola pesantren, KH. Achmad Djauhari Chotib juga aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial di wilayahnya. Beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, bijaksana, dan selalu mengedepankan kepentingan umat.

Kontribusinya dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di Madura, telah memberikan dampak positif yang besar.

Abu Ubaid Al-Qosim

Abu Ubaid Al-Qosim adalah seorang ulama besar dari Syam yang hidup pada zaman yang sama dengan Imam Syafi’i. Beliau dikenal karena karyanya yang berfokus pada kajian Al-Qur’an.

Baca Juga :  BPRS Bhakti Sumekar Dorong Nelayan Sumenep Akses Pembiayaan Syariah Tanpa Bunga

Salah satu karyanya yang terkenal adalah sebuah kitab yang masih menggunakan bahasa Romawi. Karya ini menjadi salah satu referensi penting dalam studi Al-Qur’an dan diakui oleh banyak sarjana muslim.

Tidjani

Tidjani adalah seorang akademisi yang gigih dalam mengejar ilmu. Beliau melakukan penjelajahan intelektual-akademisi yang cukup melelahkan dengan menjelajahi perpustakaan-perpustakaan di berbagai negara seperti Turki, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Spanyol, dan Mesir.

Hasil dari usaha kerasnya ini adalah predikat mumtaz (cum laude) yang beliau raih dari Jamiah Malik Abdul Aziz, Mekkah.

Selain aktivitas akademiknya, sejak tahun 1967 hingga 1986, Tidjani juga aktif berkiprah dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Saudi Arabia. Beliau pernah menjabat sebagai sekretaris, ketua, dan terakhir tercatat sebagai penasihat PPI.

Aktivitasnya dalam PPI menunjukkan dedikasinya dalam mengabdi kepada masyarakat dan memajukan pendidikan bagi para pelajar Indonesia di luar negeri.***