Scroll untuk baca artikel
Sorotan

Menelusuri Jejak Khairuddin, Perintis Sapi Sonok yang Menginspirasi Budaya Desa

Avatar
10
×

Menelusuri Jejak Khairuddin, Perintis Sapi Sonok yang Menginspirasi Budaya Desa

Sebarkan artikel ini
Sapi Sonok mulai dikenal sejak tahun 1950-an ketika Khairuddin mulai memberdayakan masyarakat setempat untuk memelihara sapi. (MaduraPost /kompasiana) 

PAMEKASAN, MaduraPost – Di pedalaman Pamekasan, terdapat sebuah desa kecil yang mungkin tidak terdengar begitu mencolok di telinga banyak orang. Namun, di balik keheningan dan sederhananya, tersimpan sebuah kisah yang menginspirasi.

Inilah kisah tentang Khairuddin seorang warga di Desa Dempo Barat, Kecamatan Waru (kala itu), Kabupaten Pamekasan, seorang tokoh yang mungkin tidak memiliki popularitas yang gemilang, namun kehadirannya telah meninggalkan jejak yang baik dalam kehidupan masyarakat desa.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Nama Khairuddin mungkin tidak sepopuler tokoh-tokoh terkenal di dunia, namun di desanya, ia adalah tokoh yang disegani dan dihormati.

Sebagai seorang pemimpin yang memimpin desanya selama 42 tahun, Khairuddin telah menorehkan prestasi yang tak terbantahkan.

Baca Juga :  LSM GEMPUR Minta Reklamasi Ilegal di Pantai Ambat Segera Ditutup

Namun, di balik perannya sebagai kepala desa, Khairuddin adalah seorang yang sederhana, dengan kecintaan yang mendalam terhadap hewan ternak, termasuk sapi.

Menurut cucunya, Joko Pranoto, Sapi Sonok mulai dikenal sejak tahun 1950-an ketika Khairuddin mulai memberdayakan masyarakat setempat untuk memelihara sapi.

Ide untuk menciptakan kesenian ini berasal dari Khairuddin sendiri, yang didorong oleh dorongan masyarakat sekitar. Di tahun tersebut, Khairuddin mulai membangkitkan semangat masyarakat setempat untuk memelihara sapi.

“Sebenarnya motor atau penggerak lahirnya Sapi Sonok karena upaya dan dorongan masyarakat sekitar. Kalau gagasan lahirnya kesenian ini memang dari beliau,” kata Kepala Desa Dempo Barat tersebut, Sabtu (27/4).

Ide ini bukanlah sekadar gagasan semata, tetapi merupakan dorongan dari kebutuhan akan pemulihan ekonomi dan budaya lokal.

Baca Juga :  Sakit Bertahun-tahun Tak Kunjung Sembuh, Warga Pasean Minum Oli, Kini Kembali Sehat

Dari situlah lahir konsep Sapi Sonok, sebuah tradisi yang kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan warga Desa Dempo Barat.

Pertunjukan perdana Sapi Sonok tak terlupakan. Di sebuah acara pemerintahan di Jawa Tengah, Khairuddin dan beberapa petani serta pecinta sapi lainnya membawa Sapi Sonok untuk dipertontonkan.

“Pertunjukan Sapi Sonok pertama mentas di Jawa Tengah saat kegiatan pemerintahan di sana,” ungkap Joko.

Sejak saat itu, nama Sapi Sonok mulai dikenal luas oleh masyarakat. Bahkan, pada tahun 1985, Sapi Sonok menjadi terkenal secara nasional, bahkan menarik perhatian seorang peneliti dari Kanada yang datang ke Desa Dempo Barat untuk mempelajari sapi-sapi betina yang dijadikan Sapi Sonok.

Baca Juga :  Fadhilah Budiono: Kisah Tokoh Birokrasi Fenomenal yang Tiga Kali Menjabat Bupati Sampang

Dengan tekad dan semangat Khairuddin, Sapi Sonok tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya Desa Dempo Barat.

Setiap langkah Sapi Sonok diiringi oleh riuh rendahnya tepuk tangan dan sorak sorai masyarakat yang menghargai warisan budaya mereka. Meskipun Khairuddin telah tiada, warisan yang ditinggalkannya tetap hidup.

Sapi Sonok terus menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Desa Dempo Barat, mengingatkan akan nilai-nilai kebersamaan, kepedulian terhadap lingkungan, dan kecintaan terhadap budaya lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap generasi yang datang.***