SUMENEP, MaduraPost – Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, nilai Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi siswa tahun ini tetap kurang efektif.
Ketua Dewan Pendidikan Sumenep, Syaiful A’la menilai, jika PJJ di Sumenep menerangkan, dengan kondisi sosial ekonomi warga Sumenep yang banyak tercatat strata menengah kebawah, hal itu membuat PJJ untuk siswa kurang bisa diterima masyarakat.
“Tidak semua siswa mempunyai smartphone (Telepon pintar), yang jelas kurang efektif, tapi apa boleh buat sudah kondisinya seperti ini. Kita harus mengedepankan kesehatan,” terangnya, saat konfirmasi di kantornya, Kamis (7/1).
Dia menjelaskan, untuk menghadapi masa pandemi Covid-19, lembaga pendidikan harus mempunyai grand desain darurat yang berbasis Covid-19. Mengingat, kondisi pandemi Covid-19 kapan akan berakhir.
“Tapi saya yakin, kedua instansi (Kemenag dan Disdik, red), sebelum mengeluarkan sistem PJJ, sudah berkordinasi dengan Satgas Covid-19 setempat,” tutur dia.
Untuk diketahui, pada awal tahun 2021 Dinas Pendidikan (Disdik) dan Kementrian Agama (Kemenag) Sumenep, keluarkan surat edaran (SE) tentang penerapan PJJ, alias tidak ada pembelajaran tatap muka (PTM).
Mengacu pada SE nomor : B-4692/kk.13.23/2/PP.00/12/2020 soal pemberitahuan PJJ. Sedangkan, sistem pembelajaran yang dipakai dalam PJJ menggunakan dalam jaringan (Daring) seperti E-learning dan media sosial (Medsos).
Secara garis lurus, sistem PJJ itu sendiri tentu mewajibkan para siswa mempunyai alat eletronik seperti halnya telepon pintar ntuk menunjang PJJ. tersebut.
Akan hal itu, Syaiful berharap agar pandemi Covid-19 segera berakhir, agar sistem pembelajaran pendidikan diseluruh Indonesia bisa kembali normal. (Mp/al/kk)