BANGKALAN, MaduraPost – Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) bukan sekedar penghasil energi minyak dan gas untuk negeri. Namun juga sebagai penghasil energi pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Bangkalan.
Lahan tidur, tandus, tadah hujan di Desa Bandang Dajah Kecamatan Tanjung Bumi dipoles hingga menjadi lahan subur penghasil beragam tanaman holtikultura. Seperti tanaman Bunga Koll varietas Liberti, Semangka varietas Esteem, Jagung varietas Madura, Pakcoy varietas Nauly, Bawang Merah varietas Sumenep, Cabe varietas Imola, hingga Tomat varietas Servo.
Ketua Kelompok Tani Sangga Buana Desa Bandang Dajah, Jazi mengungkapkan, sebelum ada bantuan dari PHE WMO, Para petani hanya fokus pada tanaman seperti jagung dan padi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, Jazi juga menjelaskan bahwa Program Eco Edufarming telah memberikan wawasan dan harapan baru bagi masyarakat sebagai potensi pendongkrak perekonomian dari sektor pertanian. Apalagi luas lahan tidur dan tadah hujan di desa Bandang mencapai 80 persen.
“Ada tiga warga mendatangi saya untuk bergabung berikut lahannya telah disiapkan, sedangkan, Saat ini, Kelompok Tani Sangga Buana bentukan PHE WMO masih beranggotakan sebanyak 15 orang,” Kata Jazi. Seni (11/1/2021)
Panen perdana di lahan demplot seluas sekitar 5.000 meter persegi itu mendapat perhatian dari Ketua Kelompok Bisnis Hortikultura Indonesia, Mohammad Maulid.
“Ini bagus, mudah, dan menjanjikan. Semacam trigger bagi masyarakat agar semangat bercocok tanaman holtikultura,” ungkap Maulid
Ia juga menyarankan para petani holtikultura lebih fokus pada satu tanaman saja. Semisal konsen pada tanaman tomat. Bahkan Desa Bandang Dajah bisa menjadi sentra penghasil tomat.
“Satu desa bisa jadi sentra tomat atau tanaman lainnya. Kami akan membantu dari segi market. sarannya, Selain membantu pemasaran, Maulid juga akan membantu dalam bentuk sarana produksi.Seperti kebutuhan pupuk ataupun bibit.
Nurudin pendamping program pertanian ini, mengungkapkan, target awal adalah memanfaatkan lahan tidur dengan melakukan intensifikasi pertanian biaya murah. Tingginya biaya pertanian dikarenakan umumnya menggunakan pola pertanian dengan obat-obatan.
“Keuntungannya kecil. Mereka memilih merantau atau sebagai kuli bangunan. Pulang bangun rumah, lahan di sini ditanami rumput untuk pakan ternak.Kami pangkas Sebagian besar biaya hingga 90,99 persen, tanpa obat obatan. Sehingga cost-nya turun banyak,” ungkapnya.
Sapto Agus Sudarmanto, Field Manager PHE WMO menerangkan bahwa, Berawal dari situlah, dari hasil assesment PHE WMO, eksplorasi terkait pertanian dilakukan guna menemukan formula yang tepat. Bagaimana pertanian bisa menghidupi masyarakat disini. Kami kenalkan teknologi tepat guna, murah, dan bisa mudah dicontoh masyarakat.
Tidak berhenti di situ. PHE WMO juga memberikan pelatihan cara pembuatan pupuk olahan dari kotoran hewan ataupun dari limbah arang sekam.
“Artinya, kendala air dan pupuk bisa diatasi. Bahkan selain jagung, semua tanaman bisa tumbuh subur di lahan yang dinilai minim air,” kata dia.
“Melalui program pertanian di Bandang Dajah ini kami berharap bisa memunculkan kemandirian dan potensi peningkatan ekonomi melalui pertanian organik dan hemat biaya. Selain itu serta mengenalkan potensi pertanian yang ada di Desa Bandang Dajah” terang Sapto Agus Sudarmanto.
“Sebelumnya di Desa Bandang Dajah ini juga PHE WMO juga telah berkontribusi dalam penyediaan fasilitas air bersih dan pembentukan HPAM Sumber Barokah. Programnya adalah pemboran dan pipanisasi melalui rumah warga”, Tutupnya. (Mp/ady/kk)