PAMEKASAN, MaduraPost – Akhmad Buhari, warga Dusun Karang Tenga, Desa Dempo Barat, Kecamatan Pasean, Pamekasan, yang jadi korban tagihan listrik melonjak dengan nilai tak wajar, hingga kini belum mendapatkan jawaban resmi dari pihak PLN.
“Kalau alasan meteran saya karena sudah termakan usia, rusak dan kusam, jangan jadi alasan. Meteran PLN saya normal,” kata Buhari, Minggu (6/10).
Ia mengalami kenaikan tagihan listrik hingga tiga kali lipat setelah menolak penggantian meteran listrik oleh PLN.
Menurut Buhari, tagihan listrik untuk daya 450 VA di rumahnya biasanya hanya sekitar Rp40 ribu per bulan. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, tagihan melonjak menjadi Rp125 ribu tanpa adanya peningkatan pemakaian listrik yang signifikan.
“Awal September lalu, petugas PLN datang ke rumah dan meminta agar meteran listrik diganti dengan yang baru. Saya menolak karena meteran yang lama masih berfungsi dengan baik. Setelah itu, tagihan listrik tiba-tiba naik tiga kali lipat,” ujarnya.
Buhari menjelaskan, ia sempat disodori surat pernyataan oleh petugas PLN yang meminta persetujuannya untuk penggantian meteran.
Namun, ia tidak bersedia menandatangani surat tersebut karena merasa tidak ada kebutuhan mendesak untuk mengganti meteran yang lama.
“Ada ancaman dalam surat tersebut bahwa jika saya menolak mengganti meteran, tagihan listrik akan dinaikkan. Dan ternyata benar, tagihan saya melonjak drastis setelah menolak penggantian,” ujarnya.
Hingga saat ini, Buhari belum menerima respons dari pihak PLN terkait kenaikan tagihan listriknya.
Ia merasa dirugikan oleh kebijakan penggantian meteran yang dinilainya bersifat memaksa dan tidak transparan.
“Saya sudah mencoba menghubungi pihak PLN, tapi belum ada tanggapan. Saya berharap ada kejelasan mengenai masalah ini, karena jelas sangat memberatkan pelanggan,” keluhnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PLN Pamekasan belum memberikan klarifikasi resmi terkait masalah lonjakan tagihan listrik yang dikeluhkan pelanggan.
Warga berharap PLN segera memberikan penjelasan dan solusi agar kejadian serupa tidak terus berlanjut.***