Scroll untuk baca artikel
Daerah

Pengangguran dan Keterpurukan Ekonomi di Desa Menjadi Perhatian Khusus Ketua Kadin Sumenep

Avatar
7
×

Pengangguran dan Keterpurukan Ekonomi di Desa Menjadi Perhatian Khusus Ketua Kadin Sumenep

Sebarkan artikel ini
WAWANCARA. Ketua Kadin Sumenep, Hairul Anwar, saat dikonfirmasi media baru-baru ini. (M. Hendra. E)

SUMENEP, MaduraPost – Pertumbuhan kondisi ekonomi dan serapan tenaga kerja di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur hingga kini masih melambat. Hal itu diketahui dari data yang dirilis melalui website resmi badan pusat statistik (BPS) Sumenep.

Tercatat, tahun 2020 lalu jumlah angka penduduk miskin di Kota Keris mencapai 211,98 jiwa. Sedangkan angka pengangguran terbuka tembus 14,187 jiwa.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Ditengah lambatnya program pengentasan kemiskinan dan pengangguran yang dilakukan pemerintah daerah, masyarakat Sumenep mau tidak mau eksodus ke kota metropolitan demi mendapatkan pekerjaan. Salah satunya dengan membuka toko kelontong di Jakarta dan sekitarnya.

Baca Juga :  Retribusi PAD Fasilitas Olahraga di Sumenep Ditarget Rp312 juta, Disbudporapar Punya Strategi

Tak tanggung-tanggung, mereka yang pergi merantau tersebut merupakan anak-anak muda usia produktif, bahkan lulusan sarjana pun juga meninggalkan desanya demi ambil bagian di perantauan.

Ketua Kamar Dagang Dan Industri (Kadin) Sumenep, Hairul Anwar menilai, migrasi penduduk usia muda produktif ke kota-kota metropolitan disebabkan minimnya lapangan pekerjaan serta tidak adanya kepastian ekonomi.

Menurutnya, baik itu di kota, maupun di desa mereka dilahirkan seakan tidak mempunyai harapan lagi. Sehingga, hal itu menuntut para pemuda hijrah dari kampung halamannya.

“Karena tinggal di desa sudah tidak ada harapan, akhirnya merantau. Bukan tidak mungkin mereka juga ingin mempunyai pekerjaan di kota sendiri, dekat dengan keluarga,” katanya, saat dikonfirmasi media ini, Selasa (29/6).

Baca Juga :  Kepala Desa Panaguan Memberikan Sertifikat Tanah Tahap I Kepada 154 Orang

Hairul menjelaskan, apabila anak-anak muda ikut merantau, sarjana-sarjananya meninggalkan desa, maka di desa hanya ditempati orang-orang tua, yang notabene semangat membangunnya sudah pudar.

“Kapan majunya desa-desa yang ditinggalkan anak-anak mudanya,” ucap dia.

Tingginya angka kemiskinan dan angka pengangguran tersebut, lanjutnya, tentu menjadi persoalan yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah. Sehingga, persentase neraca regional kesejahteraan rakyat terus tumbuh dan berkembang.

Baca Juga :  Maksimalkan Program UHC, Dinkes dan P2KB Sumenep: Masyarakat Dapat Fasilitas Kesehatan Gratis

“Saya berharap Pemerintah Daerah (Pemda) bisa membuat terobosan, menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan, atau peningkatan Usaha Micro Kecil da Menengah (UMKM) dan mampu menciptakan lapangan kerja, menyerap tingginya angka pengangguran,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Sepak Bola Kabupaten (Askab) Sumenep ini.

“Atau kalau perlu memanfaatkan toko-toko klontong yang di Jakarta itu bisa menjual produk industri rumahan kita, sekaligus mengenalkan produk Sumenep yang belum banyak diketahui orang disana, itu pasti menghidupkan UMKM kita, tapi dengan catatan harus difasilitasi BUMD,” tambahnya.