Scroll untuk baca artikel
Seni dan Budaya

Mengenal Desa Dempo Barat di Pamekasan: Tempat Warisan Budaya Lahirnya Sapi Sonok

Avatar
17
×

Mengenal Desa Dempo Barat di Pamekasan: Tempat Warisan Budaya Lahirnya Sapi Sonok

Sebarkan artikel ini
Desa Dempo Barat sebagai tempat warisan budaya lahirnya tradisi Sapi Sonok, sebuah warisan dan ikon budaya yang menampilkan keindahan dan keanggunan sapi betina. (MaduraPost /JPRM)

PAMEKASAN, MaduraPost – Di ujung timur Pulau Madura, terdapat sebuah desa kecil yang telah lama menjadi saksi bisu perkembangan budaya yang unik dan memukau. Desa Dempo Barat, yang berada di Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan, tidak hanya dikenal sebagai penghasil garam atau batik tulis Madura.

Tetapi juga sebagai tempat kelahiran dari tradisi Sapi Sonok, sebuah warisan budaya yang menampilkan keindahan dan keanggunan sapi betina. Tradisi ini pertama kali dicetuskan oleh Khairuddin, seorang tokoh desa yang menjabat sebagai kepala desa selama 42 tahun.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Dengan latar belakang kepemimpinan yang kuat dan kedekatan yang erat dengan warganya, Khairuddin menginspirasi masyarakatnya untuk lebih menghargai dan merawat hewan ternak.

Demikian dilakukan tidak hanya sebagai aset ekonomi tapi juga sebagai bagian dari warisan budaya. Khairuddin menyadari potensi dari sapi-sapi betina yang dipelihara di desanya untuk dijadikan lebih dari sekadar hewan ternak.

Baca Juga :  Bangkalan: Gerbang Utama Madura dengan Keunggulan Geografisnya

Pada tahun 1950-an, ia mulai mendorong warganya untuk menghias sapi mereka dengan ornamen dan perhiasan yang indah, mirip dengan pakaian pengantin, lalu memperkenalkannya kepada publik melalui parade yang elegan dan penuh gaya.

Ini adalah awal mula dari apa yang sekarang dikenal luas sebagai Sapi Sonok. Hal tersebut disampaikan Joko Pranoto, cucu Khairuddin yang kini juga menjabat sebagai kepala Desa Dempo Barat.

“Sapi Sonok bukan hanya sekedar pertunjukan hewan, tetapi merupakan sebuah ekspresi kebanggaan dan kecintaan terhadap hewan yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari warga kami,” kata Joko.

Baca Juga :  Injury Time Pendaftaran ke KPU, PAN Dukung Pasangan KH. Khalil – H. Sukri

Pada awalnya, Sapi Sonok hanya dikenal di kalangan terbatas di Madura. Namun, seiring berjalannya waktu, kesenian ini mulai mendapat perhatian lebih luas.

Pada tahun 1985, pertunjukan Sapi Sonok mentas untuk pertama kalinya di luar Madura, tepatnya di Jawa Tengah, selama sebuah acara pemerintahan, yang secara resmi menandai pengakuan terhadap Sapi Sonok sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Keunikan dari Sapi Sonok tidak hanya terletak pada keindahan fisik hewan-hewan ini, tetapi juga pada filosofi yang melandasi: harmoni antara manusia dan alam, serta penghargaan terhadap kehidupan hewan.

Hal ini tercermin dari cara perawatan dan persiapan yang teliti sebelum sapi-sapi ini tampil di depan umum.

Baca Juga :  Peristiwa Birokrasi Sulit Terjadi, Cak Noer dan Fadhilah Ukir Sejarah Menarik di Sampang

Dengan dukungan dari pemerintah setempat dan antusiasme yang tinggi dari masyarakat, Desa Dempo Barat terus mempertahankan dan mengembangkan Sapi Sonok tidak hanya sebagai atraksi turis, tetapi juga sebagai simbol identitas budaya yang kuat.

Keberhasilan ini bukan hanya membawa kebanggaan kepada Khairuddin dan para penerusnya, tetapi juga membantu mempromosikan Madura sebagai destinasi yang kaya akan tradisi dan inovasi budaya.

Desa Dempo Barat, dengan sejarahnya yang kaya dan tradisi yang lestari, menunjukkan bagaimana kecintaan terhadap hewan dan kearifan lokal dapat melahirkan sebuah karya budaya yang mempesona dan inspiratif, menjadikan desa ini sebagai landmark penting dalam peta budaya Indonesia.***