SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Daerah

Hidup Seorang Diri, Kakek di Sumenep Meninggal Mengenaskan

Avatar
×

Hidup Seorang Diri, Kakek di Sumenep Meninggal Mengenaskan

Sebarkan artikel ini

SUMENEP, MaduraPost – Tak tega sekali rasanya jika mendengar kisah seorang kakek asli Dusun Kotte, Desa Batuputih Kenek, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ini.

Kakek berusia 85 tahun ini memang selayaknya mendapatkan perhatian lebih dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Apalagi ia terkategori warga kurang mampu, selayaknya dibantu.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Namun, nasib malang bertahun-tahun telah dirasakan si kakek seorang diri. Selain dirinya telah tak punya keturunan dan ditinggal almarhum sang istri, kakek Suki butuh uluran tangan lebih.

Bersyukur, relawan demi relawan datang kepadanya memberikan bantuan. Dari mulai kaum pemuda, mahasiswa, komunitas, organisasi, dan donatur lainnya tanpa melibatkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab). hadir membantunya. Dari bantuan sembako, hingga bedah rumah tak layak huni.

Tapi takdir berkata lain, saat para kader IPNU-IPPNU Batuputih ingin sedikit menyumbangkan sedikit bantuan kepadanya, si kakek telah ditemukan terbujur kaku di atas ranjang tempat tidurnya. Kejadian itu terkuak pada Jumat sore, 1 Januari 2020 kemarin.

Kronologis kejadian ditemukannya kakek Suki meninggal dunia, bermula saat enam kader IPNU-IPPNU hendak memberikan santunan kepada si kakek. Hati kader ini tergerak sebab tiga bulan lalu, kakek Suki juga mendapatkan bantuan rumah sehat dari BMT-NU setempat.

Baca Juga :  Guru SMP di Sumenep Meninggal Dunia, KBM Tatap Muka Dihentikan

Sugiyanto, Ketua IPNU Batuputih menerangkan, jika rombongannya saat tiba di rumah kakek Suki melihat almarhum terbaring, ketika dipanggil tidak merespon. Tak tahu jika kakek telah meninggal dunia.

Karena tak ada direspon, akhirnya Sugiyanto bersama dengan lima kawan seperjuangannya berencana pulang. Saat hendak berbelok arah untuk pulang, ada seorang tetangga yang menanyakan mereka.

“Ada tetangga yang nanyak, kenapa sembakonya dibawa pulang,” ungkapnya, pada awak media, menirukan pertanyaan tetangga kakek Suki, Sabtu (2/1).

Lanjut kemudian, mahasiswa UNIBA Madura tersebut memberitahu bahwa kakek Suki tidak merespon panggilan mereka.

“Tetangga memberitahu kami bahwa sekitar lima hari yang lalu, kakek Suki mengeluh sakit, akhirnya tetangga sekitar bersama rombongan IPNU IPPNU mendatangi rumah almarhum untuk memastikan apakah kakek Suki masih hidup atau tidak,” ujarnya, menceritakan panjang lebar.

Sebab was-was, akhirnya keenam mahasiswa mahasiswa tersebut kembali ke rumah kakek Suki, untuk mengecek kondisi si kakek ke dalam rumah. Benar saja, setelah membuka pintu rumah si kakek, ternyata telah meninggal dunia.

Baca Juga :  Dua Orang Petugas Kesehatan Meninggal Karena Covid-19, Dinkes Sumenep Minta Masyarakat Sadar

Melihat dari kondisi jasadnya, sambung Sugiyanto, kemungkinan kakek Suki meninggal sekitar empat hari yang lalu, namun baru ditemukan.

“Tubuh almarhum waktu itu dikerumuni lalat, kami dengan yang lain takut tidak berani masuk ke rumah kakek Suki,” akuinya

“Setelah itu, dari hasil musyawarah dengan masyarakat sekitar, kami berenam kemudian pulang. Dari informasi di sana tadi, jasad almarhum akan disegerakan untuk dikebumikan,” tambahnya.

Untuk diketahui, program pembangunan rumah tidak layak huni (RTLH) tahun 2020 di Kabupaten Sumenep, dipastikan telah selesai dan rampung. Hasilnya, sebanyak 161 rumah berhasil dibangun.

Pada tahun sebelumnya, program RTLH lewat Dinas Sosial (Dinsos) tersebut juga sudah direalisasikan dengan kuota sekitar 313. Meski begitu, rumah kakek Suki malah luput dari perhatian Dinsos.

Dengan kata lain, kakek Suki juga belum tersentuh program politik Bupati dan Wakil Bupati Sumenep “Nata Kota Bangun Desa” yang sudah hampir purna. Rumah kakek Suki pun lumayan jauh dari jalan raya, apalagi tetangga juga terbilang sangat jauh.

Baca Juga :  Menghilang dari Rumah, Petani di Sumenep Tewas di Dalam Sumur

Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang (Kabid) Penanganan Fakir Miskin Dinsos Sumenep, Moh Zaini mengungkapkan, instansinya tidak bisa kemudian melakukan pembangunan RTLH secara sepihak. Ada tahapan yang harus dilalui oleh masyarakat yang ingin mendapatkan program tersebut.

“Keluarga penerima manfaat (KPM) harus mengajukan ke Dinsos sebagai penerima program RTLH ini,” ujarnya saat dikonfirmasi lewat sambungan selularnya, Jumat (6/11/2020) lalu.

Dia menerangkan, program tersebut sudah dinilai merata di setiap Kecamatan. Secara regulasi, setiap Kecamatan tidak dibatasi apabila mengajukan program tersebut. Bagi pemohon yang dinyatakan lolos akan mendapatkan uang pembangunan sekitar Rp 15 juta per-unitnya.

“Pencairannya dibagi dua tahap, pertama 70 persen dan yang kedua 30 persen,” tukasnya.

Sayangnya, hingga kakek Suki wafat tak ada peran Pemkab Sumenep melirik nasib si kakek. Sungguh malang nasib si kakek tersebut. (Mp/al/rul)

Baca berita lainya di Google News atau gabung grup WhatsApp sekarang juga!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertnative. Redaksi Madura Post tidak terlibat dalam materi konten ini.