Scroll untuk baca artikel
Daerah

Festival Hadrah Sumenep 2025: Perpaduan Tradisi, Spiritualitas, dan Penguatan Ekonomi Lokal

Avatar
10
×

Festival Hadrah Sumenep 2025: Perpaduan Tradisi, Spiritualitas, dan Penguatan Ekonomi Lokal

Sebarkan artikel ini
ANIMO. Potret pengunjung antusias menyaksikan penampilan grup hadrah dalam rangka Festival Hadrah 2025 di Kabupaten Sumenep. (M.Hendra.E/MaduraPost)
ANIMO. Potret pengunjung antusias menyaksikan penampilan grup hadrah dalam rangka Festival Hadrah 2025 di Kabupaten Sumenep. (M.Hendra.E/MaduraPost)

SUMENEP, MaduraPost – Ribuan masyarakat tumpah ruah memadati kawasan festival Hadrah 2025 yang berlangsung di Kecamatan Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Dimulai sejak 10 Juni dan akan berakhir pada 21 Juni 2025, hajatan budaya ini tercatat sebagai yang paling meriah sepanjang sejarah penyelenggaraannya.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Faruk Hanafi, Kepala Bapenda Sumenep sekaligus Ketua Panitia acara mengungkapkan, bahwa 50 kelompok hadrah dari berbagai desa turut serta memeriahkan festival yang memperebutkan Piala Bupati tersebut. Namun menurutnya, acara ini bukan sekadar ajang lomba seni.

“Festival ini bukan hanya tentang tampil dan menang. Kami ingin mengangkat hadrah sebagai medium penguatan budaya dan pemberdayaan ekonomi warga,” ujarnya, Kamis (19/6).

Baca Juga :  Keterangan Saksi OJK, Acong Latif Buktikan BOS BPR Legian Tidak Salah

Faruk menambahkan, tahun ini konsep penyelenggaraan festival difokuskan sebagai wadah budaya yang menyatukan unsur spiritual, kreativitas seni, serta ekonomi kerakyatan melalui kehadiran pameran UMKM yang digelar bersamaan di lokasi acara.

Sementara itu, Moh. Iksan, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, menuturkan bahwa seni hadrah memiliki akar yang dalam dalam tradisi Islam lokal.

“Hadrah di Madura lahir dari tradisi pesantren dan tarekat, tapi kini fungsinya meluas sebagai media ekspresi sosial. Ia hadir dalam berbagai acara, mulai dari peringatan Maulid Nabi, pernikahan, hingga aksi damai,” terangnya.

Lebih lanjut, Iksan menjelaskan, bahwa hadrah bukan hanya soal musik, tetapi memiliki makna spiritual yang mendalam.

Baca Juga :  Komisi IV DPRD Sumenep Tunda Anggaran Rp1 Miliar Program Wirausaha Santri

“Ia adalah cara masyarakat membangun keselarasan dengan Sang Pencipta, dengan sesama, dan dengan alam sekitar,” ungkapnya.

Wakil Bupati Sumenep, Imam Hasyim, turut memberikan pandangannya. Ia menilai, festival hadrah ini bukan hanya usaha pelestarian bentuk seni tradisional, tetapi juga bagian dari upaya memperkuat makna filosofisnya.

“Di tengah gempuran budaya global, hadrah menjadi jangkar yang mengikat identitas lokal. Ini ruang kolektif untuk merenung dan mengenali kembali siapa kita,” kata Imam.

Ia juga menyambut baik munculnya banyak kelompok hadrah baru yang digerakkan anak muda berusia 15 hingga 25 tahun. Bahkan beberapa di antaranya berasal dari sekolah umum dan komunitas non-pesantren.

Baca Juga :  Abaikan Sahwat Politik, Ribuan Massa Demo Bupati Pamekasan Tolak Pilkades Serentak Tahun 2022

“Mereka membawakan hadrah dengan gaya yang lebih segar, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dan spiritual. Bagi mereka, hadrah adalah tempat untuk mengenal diri,” lanjutnya.

Selain menampilkan pertunjukan seni, festival ini juga memberikan dampak ekonomi nyata bagi warga. Sejumlah pelaku UMKM dilibatkan dalam stan pameran yang menampilkan produk lokal mulai dari kuliner tradisional, batik tulis khas Madura, minyak atsiri, hingga kerajinan tangan berbahan bambu.

“Acara ini menjadi bukti bahwa budaya bisa menjadi fondasi ekonomi yang kuat. Kolaborasi antara seniman, pengusaha lokal, dan pemerintah menghasilkan manfaat yang berlapis: ada geliat ekonomi, edukasi budaya, dan juga ruang pertemuan antar generasi,” pungkas Imam.***