Scroll untuk baca artikel
Pariwisata

Menjaga Laut, Menjaga Masa Depan Bangkalan

Avatar
55
×

Menjaga Laut, Menjaga Masa Depan Bangkalan

Sebarkan artikel ini
Saat warga memasang terumbu karang di pantai tlangoh Tanjung Bumi Bangkalan
Saat warga memasang terumbu karang di pantai tlangoh Tanjung Bumi Bangkalan

BANGKALAN, MaduraPost – Pantai Tlangoh sebelumnya menghadapi tekanan serius akibat abrasi. Studi PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 2022 mencatat laju abrasi mencapai tujuh meter per tahun. Kondisi itu diperparah oleh aktivitas penambangan pasir ilegal serta timbunan sampah pesisir yang mencapai sekitar 1.488 meter kubik per hari.

Situasi tersebut berdampak langsung pada menurunnya potensi ekonomi desa, khususnya dari sektor pariwisata pesisir. “Abrasi dan persoalan sampah menjadi tantangan utama yang harus ditangani secara terpadu,” kata Sr Manager Regional Indonesia Timur PHE WMO, Sigit Dwi Aryono.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Merespons kondisi itu, PHE WMO menjalankan Program Pengembangan Wisata Pesisir Terintegrasi Pantai Pasir Putih Tlangoh dengan pendekatan One Belt One Road (OBOR). Program ini menekankan sinergi empat dimensi, yakni lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial.

Baca Juga :  90 PPK Terpilih Resmi Dilantik Hari Ini, KPU Bangkalan Beri Pesan Penting Ini

Inovasi utama dalam program tersebut adalah pemasangan hexa reef, terumbu buatan berbentuk segi enam yang ditanam di dasar laut. Berbeda dengan pemecah ombak konvensional yang dipasang di bibir pantai, hexa reef bekerja memperlambat arus bawah laut sehingga pasir tidak mudah terbawa gelombang.

Hexa reef pertama ditanam pada 2023. Hingga kini, sekitar 390 ton hexa reef telah dipasang di perairan Pantai Pasir Putih Tlangoh. Hasil kajian lanjutan pada 2025 menunjukkan terjadinya sedimentasi atau akresi di sejumlah segmen pantai, dengan pelebaran garis pantai mencapai lima meter.

Selain menahan abrasi, terumbu buatan tersebut berkembang menjadi habitat baru bagi ekosistem laut. Seluruh permukaannya telah ditumbuhi biota sesil. Teridentifikasi 20 spesies ikan karang yang terdiri atas 13 spesies ikan mayor dan tujuh spesies ikan target, sehingga memudahkan nelayan setempat mencari ikan tanpa harus melaut jauh.

Baca Juga :  Kasus Penganiyaan Santri, Polres Bangkalan Tetapkan Sembilan Tersangka

Keberadaan hexa reef juga memperkaya daya tarik wisata bahari. Tutupan karang didominasi karang lembaran sebesar 10,44 persen dan karang masif sebesar 7,87 persen. Hingga kini, seluruh struktur hexa reef tercatat masih dalam kondisi baik tanpa retak maupun pecah.

Pemulihan lingkungan tersebut mendorong perubahan sosial dan ekonomi warga. Kepala Desa Tlangoh, Kudrotul Hidayat, membangun kesadaran masyarakat dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tlangoh yang mengelola kawasan wisata pesisir secara terpadu.

“Dengan adanya hexa reef, tercipta rantai nilai antara pengelola wisata, nelayan, dan pelaku UMKM,” ujar Kudrot.

Penetapan Pantai Pasir Putih Tlangoh sebagai destinasi wisata memunculkan lapangan kerja baru. Setidaknya 40 usaha mikro, kecil, dan menengah kini beraktivitas di kawasan pantai, mulai dari kuliner, oleh-oleh, jasa wisata, hingga pengelolaan parkir.

Baca Juga :  Anggota Komisi V DPR-RI Pertanyakan Pembangunan Pelabuhan Bulupandan Bangkalan

Peluang ekonomi di kampung halaman juga menarik minat warga yang sebelumnya merantau. Sejumlah mantan pekerja migran Indonesia memilih kembali dan membuka usaha di kawasan wisata pesisir. Tujuh anggota Pokdarwis Tlangoh tercatat merupakan mantan pekerja migran.

General Manager Zona 11 PHE WMO, Zulfikar Akbar, menegaskan keberhasilan program ini tidak lepas dari keterlibatan masyarakat. “Tanpa dukungan warga, program ini tidak akan berjalan. Mereka adalah pahlawan tanpa jubah dan topeng dari Tlangoh,” katanya.

Di pesisir Bangkalan, menjaga laut kini menjadi investasi jangka panjang. Dari dasar laut, terumbu buatan tumbuh menjadi penyangga ekologi sekaligus fondasi masa depan ekonomi masyarakat pesisir.