Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Dinkes P2KB Sumenep Fokus Tekan Stunting demi Wujudkan Generasi Unggul

Avatar
24
×

Dinkes P2KB Sumenep Fokus Tekan Stunting demi Wujudkan Generasi Unggul

Sebarkan artikel ini
PROFIL. Kepala Dinkes P2KB Sumenep, drg. Ellya Fardasah, saat berada di ruang kerjanya. (Istimewa for MaduraPost)
PROFIL. Kepala Dinkes P2KB Sumenep, drg. Ellya Fardasah, saat berada di ruang kerjanya. (Istimewa for MaduraPost),

SUMENEP, MaduraPost – Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus mengukuhkan komitmennya untuk menurunkan prevalensi stunting di daerahnya.

Upaya ini menjadi bagian dari langkah strategis pemerintah daerah dalam menciptakan generasi Sumenep yang sehat, cerdas, dan berdaya saing di masa mendatang.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kepala Dinkes P2KB Sumenep, drg. Ellya Fardasah mengungkapkan, bahwa dalam beberapa tahun terakhir, tingkat stunting di kabupaten ujung timur Pulau Madura ini mengalami penurunan yang cukup mencolok.

“Pada tahun 2021, angka stunting di Sumenep masih sebesar 29 persen. Setahun kemudian, di 2022, turun menjadi 21,6 persen. Kemudian, pada 2023 kembali menurun hingga menyentuh angka 16,7 persen,” kata Ellya, Selasa (29/4).

Baca Juga :  Destinasi Wisata di Sumenep Dibuka, Pengunjung Dibatasi dan Patuhi Protokol Kesehatan

Meski data resmi untuk tahun 2024 belum sepenuhnya dirilis oleh pemerintah pusat, Ellya optimistis bahwa tren penurunan itu akan terus berlanjut.

“Teman-teman kami di lapangan melaporkan bahwa secara kasat mata sudah ada penurunan. Dengan berbagai program intervensi yang dilakukan, kami berharap angka stunting tahun ini akan terus membaik,” imbuhnya.

Ia juga menambahkan, pada tahun 2025 mendatang, Bupati Sumenep menargetkan angka stunting bisa ditekan hingga mencapai 10 persen.

Baca Juga :  Aneh… !!! Mudik Haram Tapi TKA Cina Halal Masuk ke Indonesia

Dalam rangka mewujudkan target tersebut, Dinkes P2KB Sumenep mengandalkan dua strategi utama, yaitu melalui intervensi sensitif dan intervensi spesifik.

Intervensi sensitif melibatkan upaya-upaya yang tidak langsung berkaitan dengan aspek medis, namun berkontribusi besar dalam mengurangi faktor risiko stunting, salah satunya dengan memperbaiki sanitasi lingkungan.

“Misalnya pembangunan jamban. Walaupun sekilas tidak berhubungan dengan stunting, kebiasaan buang air besar sembarangan bisa menyebarkan bakteri berbahaya yang akhirnya berdampak pada kesehatan anak-anak,” terang Ellya.

Baca Juga :  Tidak Hanya Masyarakat, Polisi Siap-Siap Kena Sanksi Jika Tidak Pakai Masker

Pelaksanaan intervensi ini dilakukan secara kolaboratif lintas sektor, menggandeng Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR), Dinas Sosial, hingga Dinas Pendidikan.

Di sisi lain, intervensi spesifik yang langsung mengatasi faktor-faktor penyebab stunting menjadi fokus utama Dinkes.

“Untuk intervensi spesifik, kami menjalankan berbagai program seperti pemberian makanan tambahan rutin setiap tiga bulan, distribusi vitamin A, hingga pemberian vitamin K untuk bayi baru lahir,” jelasnya.***