SUMENEP, MaduraPost – Vaksinasi tahap ketiga yang dikhususkan untuk remaja alias siswa sekolah nampaknya belum sepenuhnya direspon baik para wali murid.
Pasalnya, hingga kini proses vaksinasi di sejumlah sekolah masih tersendat akibat banyaknya siswa yang tak dapat izin orang tua untuk divaksin. Seperti halnya yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Sumenep.
Di sekolah ini, sebanyak sebanyak 1600 siswa dicanangkan untuk dilakukan vaksinasi. Hanya saja, setelah sampai pada hari vaksinasi ratusan siswa memilih tidak hadir ke sekolah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami kemarin setelah didata siswa yang siap untuk divaksin jumlahnya 104. Dari jumlah ini dibagi tiga tahap. Tapi nggak tahu kenyataannya tadi berkumpul ditahap berapa,” ungkap Zainul Sahari, Kepala Sekolah (Kepsek) SMKN 1 Sumene, pada sejumlah media, Senin (26/7).
Dalam proses vaksinasi itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat mengintruksikan kepada pihak sekolah untuk membagi tiga tahap vaksinasi. Seperti halnya di SMKN 1 Sumenep, tahap pertama vaksinasi siswa dilakukan pukul 07.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB.
Kemudian, tahap kedua, pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Dilanjutkan tahap ketiga, pukul 11.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Zainul menerangkan, apabila orang tua siswa boleh mendampingi anak-anaknya saat proses vaksinasi dilakukan.
Selain itu, dia mengaku telah melakukan sosialisasi jauh-jauh hari ketika ada surat dari Provinsi dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Sumenep.
“Kami langsung sosialisasikan kepada wali murid. Memang banyak kekhawatiran orang tua karena adanya media sosial itu. Tapi aturan vaksinasi itu sekarang sudah diwajibkan,” akuinya.
Disamping itu, pihaknya menegaskan, apabila sekolah tidak akan memberikan sanksi jika ada murid yang tidak mau untuk divaksin.
“Tentunya kita lihat saja nanti regulasi sekolah seperti apa,” tegasnya.
Sebelumnya, kata dia, pihaknya mengintruksikan bagi siswa yang tidak mau divaksin harus melampirkan surat keterangan. Hal itu dilakukan, demi menepis kekhawatiran orang tua siswa terkait vaksinasi.
“Kami takut nanti ada apa-apa sekolah disalahkan. Tapi kenyataannya, tafsiran surat itu ternyata tidak wajib. Dari hasil rapat pimpinan untuk surat pernyataan siswa kemarin akhirnya dicabut,” tuturnya.
Sebab itu, saat ini pihaknya mewajibkan untuk semua siswa yang ada di sekolahnya itu wajib mengikuti program vaksinasi.
“Tidak perlu ada pernyataan siap divaksin atau tidak. Karena yang menentukan divaksin atau tidaknya itu hanya tim medis. Sekarang kita merujuk kepada aturan vaksinasi wajib,” tukasnya.