Scroll untuk baca artikel
Daerah

Sumenep di Panggung Adat Nusantara, Dari Kota Tua ke Nadi Kebudayaan Nasional

Avatar
62
×

Sumenep di Panggung Adat Nusantara, Dari Kota Tua ke Nadi Kebudayaan Nasional

Sebarkan artikel ini
PIDATO. Wasekjen MAKN RBMS, Hadi Pradipta Nataningrat, saat menyampaikan sambutan dalam pelantikan pengurus pusat Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN). (Istimewa for MaduraPost)
PIDATO. Wasekjen MAKN RBMS, Hadi Pradipta Nataningrat, saat menyampaikan sambutan dalam pelantikan pengurus pusat Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN). (Istimewa for MaduraPost)

SUMENEP, MaduraPost – Di tengah derasnya arus modernisasi dan budaya instan, nama Sumenep kembali menggema di lingkaran adat nasional.

Bukan karena festival, bukan pula karena wisata religi yang menawan, melainkan karena sejumlah tokoh asal ujung timur Madura itu kini dipercaya duduk di kepengurusan pusat Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), wadah besar yang merangkul kerajaan dan kesultanan di seluruh Indonesia.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Langkah ini menjadi penanda bahwa Sumenep bukan sekadar daerah dengan warisan sejarah panjang, tetapi juga bagian dari nadi kebudayaan nasional yang masih berdenyut kuat di tengah perubahan zaman.

“Beberapa dari kita ada yang masuk ke Pengurus Pusat MAKN. Ini menunjukkan bahwa Sumenep tetap eksis dan memiliki kontribusi besar dalam menjaga nilai-nilai budaya leluhur,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal MAKN, RBMS Hadi Pradipta Nataningrat, saat ditemui, Kamis (30/10) siang.

Baca Juga :  KELUARGA BESAR MADURA POST BIRO SUMENEP MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1441 H, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Selain Hadi, sejumlah nama besar turut mengisi struktur nasional MAKN, di antaranya Sekretaris Jenderal MAKN Dra. Hj. R. Ayu Yani Wage Sulistyowati S. Kuswodidjoyo, Dewan Pakar MAKN R. Harisandi Savari Pratalikrama, S.Pt, ST, Dewan Pakar RB. Deny F. Suryoningprang, SP, Dewan Pakar Helmi, S.PdI, Koordinator Wilayah Jawa Timur RP. Agoes Irianto, SH, serta Tim Revitalisasi Keraton MAKN Soni Harsono, ST, MT.

Mereka hadir bersama rombongan Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia (Piveri) yang dipimpin Ketua Umum Dr. Lina Indiarti Wresniwiro, SE, MM, membawa misi kebudayaan lintas generasi.

Dari Kota Tua ke Panggung Nasional

Kunjungan para tokoh MAKN ke Sumenep bukanlah perjalanan seremonial.

Selama tiga hari, sejak 27 hingga 29 Oktober 2025, mereka menapaki jejak sejarah di kota tua ini, dari Museum, Asta Tinggi, Masjid Jamik, hingga perkampungan pembuat keris di Aeng Tong-tong.

Baca Juga :  KPU Pamekasan Gelar Debat Publik Pertama Paslon Pilkada 2024

“Sumenep itu seperti kapsul waktu. Budaya di sini tidak hanya dilestarikan, tapi dihidupi oleh masyarakatnya,” kata Hadi dengan nada kagum.

Meski sebagian pengurus tidak sempat hadir dalam prosesi utama Hari Jadi ke-756 Kabupaten Sumenep karena agenda adat di Sulawesi Utara, kehadiran mereka di tanah keris membawa kesan mendalam.

“Kami datang untuk melihat langsung bagaimana tradisi dan adat masih menjadi denyut kehidupan warga,” imbuhnya.

Eksistensi yang Menolak Punah

Keikutsertaan tokoh-tokoh Sumenep di kepengurusan pusat MAKN menjadi simbol kepercayaan nasional terhadap peran daerah ini sebagai penjaga moral kebudayaan Nusantara.

Dari kisah panjang Keraton Sumenep, tari Muang Sangkal, hingga topeng Madura yang kembali diajarkan di sanggar-sanggar muda, semua menjadi bukti bahwa Sumenep menolak diam dan enggan menjadi catatan kaki sejarah.

Baca Juga :  Dugaan Kongkalikong Tender Proyek, Ormas Projo Sampang Luruk Kantor BP2JK

“Harapan kami, Sumenep tetap menjadi benteng budaya dan adat Nusantara. Potensi seni tradisi yang dimiliki harus terus dirawat dan diperkenalkan ke generasi muda,” tutur Hadi menutup perbincangan.

Sumenep, Cermin Ketahanan Adat

Bagi MAKN, kehadiran tokoh-tokoh asal Sumenep bukan sekadar menambah warna dalam struktur organisasi, tetapi mempertegas posisi kota ini sebagai cermin ketahanan adat dan identitas kultural Indonesia.

Bahwa di balik hiruk-pikuk pembangunan modern, masih ada sekelompok orang yang percaya bahwa akar budaya adalah fondasi bangsa.

Dari Sumenep, denyut itu terus hidup, pelan, tapi pasti, menjaga Indonesia agar tak kehilangan dirinya sendiri. ***