SUMENEP, MaduraPost – Melihat kondisi jalan raya Kabupaten di Sumenep, Madura, Jawa Timur, Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga angkat bicara.
Pasalnya, setelah dikritik oleh warga setempat, jalan tersebut memang sering mengalami kerusakan. Selain faktor alam, juga tingkat mobilitas yang semakin maju dan berkembang pesat, contohnya mobil pengangkut yang kapasitasnya sangat berat.
Diketahui, sering telat diperbaiki, warga Dusun Gadungan, Desa Gadungan, Kecamatan Batuan, sering geram kepada pemerintah setempat.
Pasalnya, di sepanjang jalan Trunojoyo nomor 270 atau jalan Kabupaten, Desa setempat sering mengalami kerusakan aspal. Akhirnya, warga memilih memblokade jalan dan menambal jalan berlubang dengan kayu serta bambu runcing.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Sumenep, Eri Susanto, melalui Kepala Bidang (Kabid) Teknis, Agus Adi Hidayat membenarkan, jika di kawasan tersebut sering mengalami kerusakan aspal jalan.
“Sebenarnya kalau spot disana bukan hanya dua titik. Karena sudah banyak dilakukan perbaikan. Memang di kawasan itu kan banyak persawahan, jadi tanahnya bergerak. Apalagi musim hujan, tanah lembut, dan ada beban tinggi angkutan umum, jadinya ambruk,” ungkap Agus, saat dikonfirmasi media ini di ruang kerjanya, Selasa (19/1).
Dia menerangkan, jika pelaksaan perbaikan jalan raya atas keluhan warga itu akan segera dilakukan. Hanya saja, masih akan menunggu kondisi dan curah hujan yang tidak cukup besar.
“Jika diperbaiki dalam kondisi hujan, itu kan nanti ada lubang, takutnya warga tidak tahu, lewati genangan air tidak tahunya ada lubang, kan bahaya,” kata Agus.
Pihaknya juga mengatakan, akan memberikan rambu-rambu imbauan agar senantiasa hati-hati bagi pengguna jalan saat melintasi kawasan tersebut.
“Nanti biar aman, kita akan kasih rambu-rambu disana,” jelasnya.
Sekedar informasi, Hamidah (42), salah seorang warga setempat yang memblokade jalan ambruk itu mengaku miris melihat kondisi jalan raya yang seolah pengerjaannya dilaksanakan secara asal-asalan.
Menurutnya, banyak kejadian tak terduga yang sering menimpa pengguna jalan raya di kawasan tersebut. Misalnya saja, kecelakaan antar sepeda motor karena kondisi jalan yang bergelombang alias ambles. Akhirnya, dia memutuskan untuk memberikan tanda jalan tersebut tidak boleh untuk dilewati, dengan sebongkah kayu besar.
“Saya miris sekali melihatnya. Setiap kali ada perbaikan jalan ini, pasti tidak bertahan lama, sudah rusak lagi,” sesalnya, saat diwawancara media ini.
Disamping itu, pengguna jalan juga merasa resah dengan adanya plang beralas kayu besar dan runcing bambu yang menancap di lubang lorong.
Sahid (50) ini contohnya. Pria paruh baya ini mengaku risih jika ada plang di tengah jalan raya. Sebab, selain mengganggu pengguna jalan dan arus mobilisasi, kondisi tersebut dinilai memprihatinkan.
Apalagi, jika tidak ada ambu-rambu peringatan, kata dia, tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal di luar dugaan.
“Kadang, kalau malam itu saya lewat sini, nggak liat kalau ada palang kayu besar dan bambu runcing menancap di tengah jalan. Lah ini kan bahaya,” simpulnya. (Mp/al/rul)