PAMEKASAN, MaduraPost – Perihal akun Facebook Thariq Aziz Jayana yang dalam postingan Facebooknya menganggap pembacaan Burdah adalah sebuah kegiatan yang mempertontonkan kekonyolan yang riskan dan kebodohan itu ternyata kini kian menjadi sorotan elemen masyarakat, Senin (26/7/2021).
Sebab, menurut Moh. Hadi yang merupakan salah seorang tokoh pemuda di Pamekasan, statementnya (akun Facebook Thariq Aziz Jayana, red) itu sangat berlebihan, menyesatkan dan jauh dari adat budaya masyarakat khususnya masyarakat Madura.
“Meskipun kata dia tidak ada referensinya dan apapun alasannya, membaca Burdah atau Shalawat Nabi itu adalah hal yang sangat baik, dan yang jelas hal itu merupakan sebuah do’a dengan harapan mendapat syafaat Rasulullah dan Ridho Allah SWT, agar wabah tersebut dihilangkan dari muka bumi ini,” katanya, Senin (26/7/2021).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Nah, kalau Thariq Aziz Jayana itu menganggap bodoh dan konyol hal tersebut berarti dia (Thariq Aziz Jayana, red) tidak berharap musibah ini cepat berlalu atau ada hal lain sebut Hadi (akrab disapa) yang ia harapkan sehingga dia berkata seperti itu.
“Saya rasa, dia hanya ingin menunjukkan atau ingin menutupi kalau dirinya sebenarnya anti Burdah bahkan mungkin anti Islam, dan atau dia ingin menunjukkan kepada khalayak kalau dirinya benar-benar pro Pemerintah, atau bisa saja dia hanya ingin dipuji-puji,” tukasnya.
Karena yang jelas, tambah Hadi yang sejatinya juga merupakan mantan aktivis di Kabupaten Pamekasan, pembacaan Burdah atau Shalawat Nabi dengan membawa obor yang akhir-akhir ini dilakukan oleh masyarakat Madura itu bukan konyol dan bodoh serta bukan tanpa alasan, tapi itu merupakan salah satu ikhtiar dalam menanggulangi wabah tersebut.
“Justru saya sendiri sangat menyayangkan apa yang telah dikatakannya. Sebab kalau dia melek dengan beberapa fakta yang jelas-jelas menimbulkan kerumunan seperti di pasar-pasar, kenapa dia tidak mengatakan konyol dan bodoh kepada Pemerintah. Kok malah kegiatan yang islami yang dibilang seperti itu,” kesalnya.
Sementara itu, melalui hubungan via WhatsApp-nya, Thariq Aziz Jayana menyatakan, hal itu dirinya sebut konyol karena perbuatan tersebut melanggar aturan Pemerintah. Sebab kata dia, dilakukan secara berkerumun dan jelas-jelas itu melanggar aturan pemerintah.
“Disebut pembodohan, karena tidak ada dalam ajaran agama yang memerintahkan agar melakukan pembacaan Burdah secara berkerumun di tengah masa pandemi. Saya tidak menemukan satu refrensi pun yang memerintahkan itu,” ungkapnya.
Ditegaskannya, bahwasanya boleh melakukan pembacaan Burdah asal dilakukan secara personal di rumah masing-masing atau dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Karena saya sendiri setiap malam Jumat rutin membaca Burdah, tapi di masa pandemi ini saya hanya lakukan di rumah saja. Tidak mengundang kerumunan,” katanya.
Jadi menurutnya, dari postingan itu dirinya berharap agar semua elemen masyarakat tidak melakukan kerumunan sebagaimana anjuran Pemerintah dan medis. Sebab hal itu tambah dia, akan membuat kluster penyebaran wabah yang lebih besar.
“Dan, saya juga berharap agar para tokoh agama (termasuk kiai) ikut andil dalam memberikan kesadaran masyarakat agar tidak melakukan kerumunan, sebab dengan cara itu, maka kita telah berikhtiar untuk memutus mata rantai penyebaran wabah Covid-19 ini,” ujarnya.