PROBOLINGGO, MaduraPost – Dalam lanskap yang dibingkai kabut dan siluet gunung, kru MaduraPost menyusuri dinginnya Bromo pada 8–9 Juni 2025 dalam sebuah perjalanan yang sarat makna.
Tak sekadar pelesiran, perjalanan ini menjadi momentum refleksi, mempererat kebersamaan, dan menguatkan napas jurnalisme yang mereka emban.
Dimulai dari Madura, rombongan bergerak menyusuri jalur darat menuju kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Meski mata terkantuk dan tubuh lelah, semangat para jurnalis MaduraPost tak pernah padam.
Sesampainya di area Penanjakan dini hari, udara menusuk tulang langsung menyambut, namun juga membangkitkan kesadaran akan kebesaran alam.
“Ini bukan sekadar perjalanan, tapi pelajaran. Melihat matahari terbit dari Bromo memberi kita pengingat bahwa setiap hari ada harapan baru, sebagaimana berita yang terus bergerak dan hidup,” ujar Ahmad Marul Saleh, CEO MaduraPost, sambil menatap fajar yang mulai merayap dari ufuk timur, Senin (9/6).
Ketika mentari mengusap puncak gunung dengan lembutnya cahaya, Nurus Solohen, Pemimpin Redaksi MaduraPost, terlihat merenung di antara kerumunan.
“Saya percaya, seorang jurnalis harus belajar dari alam. Keheningan Bromo justru memperdalam sensitivitas kami terhadap suara-suara yang selama ini tertelan riuh. Ini bukan liburan, ini kontemplasi,” katanya dengan tenang.
Perjalanan dilanjutkan menuju Lautan Pasir, lalu Bukit Teletubbies, tempat para kru saling bertukar cerita, bercanda, dan berbagi pandangan.
Dalam suasana santai itu, Khairul Kalam, Koordinator Liputan MaduraPost, yang kerap memberikan potret isu sosial, menyampaikan kesan mendalamnya.
“Bromo membuat saya sadar bahwa jurnalisme bukan hanya tentang kecepatan, tapi juga tentang kedalaman. Seperti gunung ini, berita harus kokoh, berpijak pada fakta, tapi juga mampu menggugah,” tuturnya.
Menjelang siang, rombongan bersiap pulang, membawa serta bukan hanya foto dan kenangan, tetapi juga semangat baru.
Bromo bukan tujuan akhir, melainkan awal dari langkah-langkah berikutnya dalam mengabarkan kebenaran.
Dalam dingin yang menggigit dan kabut yang memeluk, MaduraPost tak sekadar berjalan, tetapi menyulam asa dalam senyap, menyiapkan diri untuk kembali menyuarakan suara rakyat dengan hati yang lebih lapang.***
8–9 Juni 2025, Sebuah Napak Tilas dalam Sunyi yang Agung.






