Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Makam Kuno Madura di Sampang, Jejak Sejarah yang Terlupakan

Avatar
38
×

Makam Kuno Madura di Sampang, Jejak Sejarah yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini
Makam Kuno Madura, yang terletak di sebuah kompleks makam di Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang, menyimpan jejak awal berdirinya Kerajaan Sampang. [Foto: FB/legenda lintas zaman]

PAMEKASAN, MaduraPost – Di tengah riuhnya kehidupan modern, sebuah situs kuno di Madura menawarkan kisah yang menyentuh tentang masa lalu yang telah lama terlupakan.

Makam Kuno Madura, yang terletak di sebuah kompleks makam di Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang, menyimpan jejak awal berdirinya Kerajaan Sampang.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kondisinya saat ini sangat memprihatinkan; banyak bagian yang telah rusak dan tidak utuh.

Baca Juga :  Target Dana Investasi Di Kabupaten Sampang Meningkat Rp 499 Miliar

Namun, di balik keadaannya yang menyedihkan, situs ini memiliki kekayaan sejarah yang berharga.

Salah satu elemen paling menonjol dari situs ini adalah relief seekor naga yang terukir di pintu gapura Paduraksa.

Relief naga tersebut terlihat seperti telah tertembus panah hingga ke ekornya. Relief ini dikenal dengan nama Sangkala Memet yang berbunyi “Naga kepanah nitis ing midi,” yang mengacu pada tahun 1546 Saka atau 1624 Masehi.

Baca Juga :  Buron Selama Dua Tahun, Polres Sampang Bekuk DPO Pengedar Narkoba Asal Sokobanah

Tahun 1624 Masehi memiliki arti penting dalam sejarah Madura, karena merupakan tahun pengangkatan Raden Praseno sebagai Raja Madura dengan gelar Pangeran Cakraningrat I.

Relief ini bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga sebuah penanda penting dalam kalender sejarah yang mencatat momen-momen krusial dalam pembentukan kerajaan.

Meskipun kondisi fisik situs ini kian memburuk, makna dan cerita di balik Makam Kuno Madura tetap hidup.

Baca Juga :  Dituduh Selingkuh, Wanita Pacaran Jadi Korban Penganiayaan di Hotel Sumenep

Penerus generasi mendatang diharapkan dapat melestarikan dan menghargai warisan berharga ini, agar tidak hanya menjadi kisah dalam lembaran sejarah, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari identitas budaya kita.***