Scroll untuk baca artikel
DaerahHeadline

Kusta, Sejarah yang Dipelintir Kadinkes Sampang, dan Amarah dari Pulau Mandangin

Avatar
11
×

Kusta, Sejarah yang Dipelintir Kadinkes Sampang, dan Amarah dari Pulau Mandangin

Sebarkan artikel ini
Potret keindah pulau kecil yang berada di kabupaten sampang bernama pulau mandangin (foto: dokumentasi madurapost).

SAMPANG, MaduraPost – Kalimat yang keluar dari mulut Dwi Herlinda Lusi Harini, Plt Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes KB) Kabupaten Sampang, sontak menjadi bara baru bagi warga Pulau Mandangin.

Di hadapan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang berkunjung ke Pendopo Bupati Sampang, Selasa, 8 Juli 2025, Herlinda menyebut Mandangin sebagai “tempat pembuangan penderita kusta pada zaman Belanda”.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

“Alhamdulillah, sekarang sudah tidak lagi. Saat ini hanya ada dua kasus di Mandangin,” ujarnya ringan.

Ucapan itu tak berhenti di pendopo. Ia menyeberang lautan, masuk ke telinga warga Mandangin, dan menyulut amarah.

Abd Rouf, mahasiswa asal Mandangin yang selama ini aktif mengadvokasi isu-isu sosial di kampung halamannya, mengecam keras pernyataan tersebut. Ia menyebutnya sebagai pelintiran sejarah yang menyesatkan.

Baca Juga :  Proyek Gapura Desa Kalirejo Probolinggo Disorot, Pelaksanaan Lewat Tahun Anggaran

“Itu bentuk pembodohan publik. Tidak benar kalau Mandangin disebut tempat pembuangan kusta,” kata Rouf dikutip dari Daily.com, Rabu, 9 Juli 2025.

“Cerita soal Ragapatmi dan  itu bukan sejarah medis. Mereka memang disebut mengidap penyakit kulit, tapi tidak serta-merta membuat Mandangin koloni kusta.”

Menurut Rouf, kisah Ragapatmi yang diasingkan karena penyakit kulit justru menunjukkan perjalanan yang kompleks. Ragapatmi diusir dari kekuasaannya dan dibawa oleh tokoh Bangsacarah ke wilayah pesisir. Mereka memang akhirnya meninggal di Pulau Mandangin, tapi tak pernah ada jejak sejarah yang menyebut pulau itu sebagai tempat karantina atau pembuangan.

Baca Juga :  Bupati Bersama Komunitas Robicon Indonesia di Pantai Lon Malang

“Lagi pula, keduanya tidak memiliki keturunan. Kami, warga Mandangin hari ini, bukan keturunan siapa-siapa. Kami orang Mandangin, bukan warisan penyakit,” tegasnya.

Rouf kini tengah menjalin komunikasi dengan tokoh masyarakat dan Kepala Desa Mandangin. Ia berencana melayangkan sikap resmi atas pernyataan pejabat kesehatan tersebut.

“Kalau dibiarkan, ini bisa membentuk stigma baru. Orang jadi takut ke Mandangin,” kata dia.

Pulau Mandangin, yang berada di selatan kota Sampang, memang selama ini hidup dalam keterbatasan infrastruktur dan akses layanan kesehatan. Namun menyematkan sejarah medis yang kabur di atas penderitaan lama justru dianggap tak etis.

Baca Juga :  DPRD Sumenep Desak Pemkab Tindaklanjuti Aspirasi Reses: Jalan Rusak, Listrik Kepulauan, hingga Abrasi

Sementara itu, data resmi dari Dinkes Sampang menyebutkan bahwa kasus kusta di kabupaten ini mengalami tren penurunan. Pada 2023 tercatat 233 kasus, turun menjadi 164 kasus di Oktober 2024, dan terakhir tinggal 85 kasus per Juli 2025.

Kunjungan Menkes Budi Gunadi Sadikin ke Sampang merupakan bagian dari target eliminasi kusta nasional pada 2030. Ia meminta agar pemerintah daerah serius dalam mendata dan mendeteksi kasus secara dini, agar penyebaran penyakit tak makin meluas.

Namun, di balik agenda nasional itu, luka sejarah yang belum sembuh di Pulau Mandangin tampaknya justru kembali dikorek. Dan kini, warga Mandangin memilih melawan narasi itu.***