PAMEKASAN, MaduraPost – Bagi mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Firman Syah Ali, hari lahir Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang ke-78 bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk mengenang solidaritas yang pernah ia rasakan secara langsung.
Di tahun 1996 saat jadi mahasiswa Universitas Jember (Unej), Firman mengalami masa sulit ketika harus dirawat di rumah sakit akibat paru-paru basah. Sebagai demonstran, ia terbiasa tidur di lantai sekretariat PMII, bahkan lebih sering menghabiskan malam di trotoar.
Namun, yang mengejutkan, orang-orang pertama yang datang menjenguknya bukanlah rekan satu organisasinya di PMII, melainkan rombongan aktivis HMI.
“Tahun 1996 saya opname karena paru-paru basah. Ternyata yang pertama datang menjenguk adalah rombongan HMI,” kenang Firman, yang juga merupakan keponakan mantan Menko Polhukam Mahfud MD.
Hal itu begitu membekas dalam ingatannya. Sebab, di kampus, ia kerap berhadapan dengan HMI dalam berbagai urusan, mulai dari perebutan posisi di senat mahasiswa, dewan mahasiswa, hingga kepanitiaan kampus.
“Yang jenguk aku waktu itu di antaranya Taufik Hidayat dari Komisariat Hukum. Saya benar-benar terharu. Padahal di kampus, aku perang terus sama HMI, rebutan senat, ketua panitia ini, ketua panitia itu,” ujarnya.
Momen itu menjadi bukti bahwa di balik dinamika persaingan organisasi, solidaritas antaraktivis tetap terjaga. Kini, di usia ke-78 tahun HMI, Firman menyampaikan harapannya agar organisasi ini terus berkontribusi dalam membangun dan merawat bangsa.
“Selamat Dies Natalis HMI. Teruslah melangkah bersama membangun dan merawat bangsa yang pernah besar dalam sejarah ini,” pungkasnya.***