SUMENEP, MaduraPost – Harga cabai rawit di pasar tradisional Kabupaten Sumenep mengalami lonjakan tajam, dengan harga mencapai Rp 90 ribu per kilogram.
Kenaikan signifikan ini terjadi di tengah meningkatnya permintaan masyarakat menjelang bulan Ramadan, yang memicu keluhan dari para pembeli maupun pedagang.
Kepala UPT Pasar Anom Baru Sumenep, Ibnu Hajar mengungkapkan, bahwa kenaikan harga ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari petani. Kondisi tersebut terjadi akibat faktor cuaca yang kurang mendukung, sehingga hasil panen tidak optimal.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saat ini, jumlah cabai rawit yang masuk ke pasar memang menurun karena petani menghadapi kendala cuaca. Sementara itu, menjelang Ramadan, permintaan justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Akibatnya, harga pun melonjak tajam,” ujar Ibnu, Rabu (26/2).
Masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, merasakan dampak langsung dari lonjakan harga ini. Sebagian dari mereka terpaksa mengurangi jumlah pembelian karena harga yang semakin tinggi.
Kondisi ini juga berimbas pada pedagang di pasar tradisional. Dengan daya beli masyarakat yang melemah, volume penjualan mereka ikut menurun.
Meski begitu, sebagian pedagang tetap berusaha menyediakan cabai rawit, meskipun stok yang tersedia lebih terbatas dibandingkan hari-hari biasa.
Merespons situasi tersebut, Ibnu menegaskan, bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan harga dan berkoordinasi dengan distributor serta pemasok untuk menjaga kestabilan pasokan cabai rawit di pasaran.
“Kami akan berusaha memastikan ketersediaan pasokan agar harga bisa kembali normal. Jika diperlukan, kami juga akan mencari alternatif pasokan dari daerah lain agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi,” tandasnya.
Kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Ramadan memang kerap terjadi setiap tahun. Namun, lonjakan harga cabai rawit kali ini tergolong cukup tinggi, sehingga menambah beban bagi masyarakat yang tengah mempersiapkan kebutuhan dapur untuk menyambut bulan suci.***