SUMENEP, MaduraPost – Malam ketiga Ramadan menjadi momen berharga bagi Irul dan Wardi, dua sahabat karib yang rutin melaksanakan salat tarawih di masjid kampung mereka.
Dengan penuh semangat, keduanya berangkat bersama ke masjid setelah berbuka puasa dan beristirahat sejenak.
Seperti biasa, mereka memilih duduk di saf tengah, tempat yang menurut mereka paling nyaman untuk mengikuti salat dengan khusyuk.
Saat azan Isya berkumandang, suasana masjid semakin ramai dengan jamaah yang berdatangan.
“Alhamdulillah, malam ini masjid masih penuh. Semoga sampai akhir Ramadan, jamaah tetap banyak seperti ini,” ujar Wardi sambil tersenyum, Minggu (2/3) malam.
Irul mengangguk setuju. Menurutnya, tarawih bukan sekadar ibadah, tetapi juga ajang mempererat kebersamaan dengan warga sekitar.
“Ibadah ini membuat kita lebih dekat dengan Allah sekaligus menjaga silaturahmi. Apalagi, kita bisa mendengar ceramah yang menyejukkan hati,” kata Irul.
Malam itu, imam masjid membacakan surat-surat panjang dalam salat tarawih, membuat sebagian jamaah tampak mulai kelelahan. Namun, Irul dan Wardi tetap berusaha menikmati setiap rakaat.
“Kalau sudah rakaat ke-10 ke atas, kaki mulai pegal. Tapi saya ingat ini kesempatan ibadah setahun sekali. Sayang kalau dilewatkan,” ujar Wardi dengan nada bercanda.
Irul, yang juga mulai merasakan letih, menambahkan bahwa tarawih adalah latihan kesabaran.
“Kalau di awal Ramadan kita bisa bertahan, insyaAllah nanti tubuh terbiasa. Yang penting niatnya harus kuat,” katanya.
Setelah 23 rakaat tarawih dan witir selesai, jamaah bergegas keluar masjid. Irul dan Wardi pun berjalan santai menuju rumah sambil membahas isi ceramah tadi malam, yang menyinggung tentang keutamaan Ramadan dan pentingnya menjaga lisan.
“Saya tertarik bagian tentang menjaga perkataan. Ramadan bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga mengendalikan diri,” ujar Wardi.
Irul mengangguk setuju. Baginya, Ramadan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, bukan sekadar menambah pahala ibadah.
“Betul, kita harus berusaha lebih baik, bukan cuma di bulan ini, tapi juga seterusnya,” tutup Irul.
Malam semakin larut, tetapi semangat Irul dan Wardi untuk menjalani Ramadan dengan penuh makna tetap menyala. Mereka pun berjanji untuk terus istiqomah dalam ibadah hingga akhir bulan suci ini.***