Penulis: Madura Post | Editor:
![]() |
Hanfi, Kepala Lapas Kelas IIA Pamekasan. (Foto: Efita/Biro Pamekasan) |
PAMEKASAN, madurapost.co.id – Sebagai Kepala Lapas Kelas IIA Pamekasan, Madura, Jawa Timur, banyak tugas yang ia emban, namun hal itu tidak membuat Hanafi lelah dalam mengemban tugasnya.
Menurutnya, selama ini konflik yang terjadi di tafsirkan dengan sesuatu yang bersifat negatif. Namun jika diteliti lebih dalam secara menyeluruh konflik ini merupakam hal yang lumrah, jadi setiap orang pasti pernah mengalami konflik baik yang sederhana sampai yang tinggi.
“Maka di Lapas Pamekasan kita selalu membekali pemahaman postif sehingga ketika mereka menghadapi konflik, ada pilihan positif yang bisa diambil dalam menyelesaikan konflik yang tentunya menghindari solusi Bertolak dari latar belakang itu,” jelasnya. Pada Sabtu, (4/5/19).
Maka dari itu, lanjutnya, Lapas Kelas IlA Pamekasan mengambil langkah-langkah konkrit guna mewujudkan Lapas Pamekasan Beriman, yang selalu di identikkan dengan selalu Bersih, Indah, Aman dan nyaman.
Salah satu langkah itu ialah keberadaan masjid yang berdiri di dalam Lapas dengan selalu mengumandangkan ayat ayat Al Quran agar warga binaan hidup tentram dan damai dalam menjalani hukumannya.
“Tugas kita ialah membuat suasana kondusif diantaranya menumbuhkan bimbingan keagamaan, hubungan yang sangat mencair antara sesama narapidana dan juga dengan para petugas,” imbuh Hanafi.
Hanafi menuturkan, di lapas pamekasan ada sebuah pesantren sebagai program unggulan yang mana setiap harinya di adakan pengajian rutin hingga Maghrib tiba.
“Kami juga bekerjasama dengan LDNU Kabupaten dan Kementrian agama Kabupaten pamekasan guna membekali narapidana dalam konteks spiritualnya,” imbuhnya.
Ia juga menambakan, bahwa mengubah pandangan masyarakat ialah tantangan terberat sebagai Petugas Lapas pamekasan, namun hal itu bukan menyiutkan nyali untuk terus melakukan pembinaan terhadap orang yang dianggap bersalah atau bermasalah.
“Bagi saya ini letak keunikannya, bagaimana kita menyakinkan mereka agar bangkit dari keterpurukan dan memulai hidup dengan lembaran baru,” tukasnya.
Terahir, pihaknya memandang warga binaan sebagai manusia yang tersesat dan masih punya kesempatan bertaubat. Karena pada prinsipnya, sejahat-jahatnya manusia kalau sudah di sentuh hatinya pasti akan luluh.
Dalam menjalani dan menghadapi tantangan sebagi petugas lapas, dibutuhkan sikap yang konsisten. Konsisten berarti saat mengambil kebijakan harus lurus dan siap dengan konsekwensinya. Sedangkan ikhlas diartikan jalan agar menjadi tenang dalam bekerja dan berharap pada Tuhan.
“Impian terbesar saya ialah membuat lapas khususnya di Pamekasantetap menjadi lapas yang tertib dan aman,” pungkasnya. (mp/efi/zul)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertnative. Redaksi Madura Post tidak terlibat dalam materi konten ini.