PAMEKASAN, MaduraPost – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya menggelar diskusi dan nonton bareng (Nobar) film ‘A Thousand Cuts’ di Kafe Manifesco, Jalan Jalmak, Kota Pamekasan, Jawa TImur, pada Jumat (12/11) malam.
Film dokumenter garapan sutradara Ramona S Diaz tersebut menampilkan potret buram kebebasan pers di Filipina. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana perjuangan jurnalis Maria Ressa sebagai pemimpin redaksi Rappler yang harus hidup di bawah bayang-bayang ancaman dan di bawah Presiden Duterte.
Ketua AJI Surabaya Eben Haezer sebagai pemantik materi mengatakan, media dan jurnalis di Indonesia tidak lepas dari ancaman, kekerasan, dan intimidasi ketika kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
“Tidak hanya itu hal-hal yang merugikan publik atau membuat pemberitaan yang dianggap negatif terkait kelompok-kelompok tertentu. Pelakunya bisa siapa saja, bahkan warganet sekalipun,” kata Eben Haezer dalam diskusinya.
Menurut Eben, meski ancaman kekerasan dan intimidasi masih membayang-bayangi pers di Indonesia, namun hal itu tidak semestinya menyurutkan profesionalisme dan independensi jurnalis. Sebab, bagaimanapun jurnalis harusnya bekerja untuk kepentingan publik.
“Karena itu, selain kritis, profesional, dan independen, perlu juga bagi jurnalis untuk memiliki keterampilan-keterampilan memetakan potensi-potensi bahaya yang mereka hadapi ketika melakukan kerja-kerja jurnalistik, dan bagaimana cara menghadapinya. Keterampilan itu yang belakangan ini dilatihkan terus oleh AJI,” sambungnya.
Terkait nobar dan diskusi film tersebut, Eben mengapresiasi antusiasme jurnalis dan mahasiswa yang hadir sebagai peserta. Dia pun berjanji AJI akan terus hadir di Madura Raya untuk mengampanyekan nilai-nilai jurnalisme yang independen, profesional, dan beretika.
“Kami akan upayakan agar di Madura ini akan ada kegiatan-kegiatan rutin yang dapat meningkatkan kompetensi jurnalis,” ujarnya.
Komitmen itu selaras dengan harapan salah satu peserta, Mamak, dari Aliansi Jurnalis Sampang (AJS). Ia menyebut bahwa kehidupan pers di Madura Raya sangat dinamis. Ia mengakui bahwa pegiat jurnalis perlu mendapatkan peningkatan kompetensi dan pemahaman untuk menghasilkan karya-karya jurnalistik yang berkualitas.
“Jadi tolong agar AJI juga hadir lebih sering ke Madura. Kalau perlu acara-acara bermuatan literasi seperti ini juga menyasar ke kampus-kampus dan pondok-pondok pesantren di Madura,” kata Mamak.