SUMENEP, MaduraPost – Malam itu, langit di atas Pendopo Agung Keraton Sumenep, Madura, Jawa Timur, tampak bersahabat.
Di antara kilau lampu dan denting gamelan, Ahmad Marul Saleh berdiri tegak menerima tongkat estafet kepemimpinan sebagai Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pamekasan periode 2025–2028.
Momen pelantikan pada Rabu (25/5/2025) malam itu bukan sekadar seremoni, sebab semua Ketua SMSI se-Madura meliputi Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep serentak dikukuhkan.
Hal ini tentu menjadi penanda perjalanan panjang seorang jurnalis yang tumbuh dari bawah.
Kepada Kepala Biro Sumenep MaduraPost, Miftahol Hendra Efendi, Marul sapaan akrabnya, berkisah tentang jejak langkahnya di dunia pers.
Dari seorang “kuli ketik” yang harus membagi waktu antara meliput dan mengedit, hingga dipercaya memimpin MaduraPost sebagai CEO.
“Profesi ini bukan hanya tentang menulis, tapi tentang keberanian menjaga integritas,” ujar Marul, dengan nada serius namun bersahabat, kala itu.
Ia menekankan pentingnya profesionalisme dalam jurnalisme. Baginya, wartawan bukan sekadar penyampai berita, tapi penjaga nurani publik.
“Kode etik itu bukan formalitas. Ia adalah nyawa dalam setiap karya jurnalistik,” katanya.
Dalam obrolan yang diselingi canda khas Madura, Marul juga berbicara soal tantangan media di era digital. Ia melihat banyak media terjebak pada kecepatan, tapi melupakan akurasi.
“Kita boleh cepat, tapi jangan kehilangan hati-hati,” tegasnya.
Sebagai CEO MaduraPost dan kini Ketua SMSI Pamekasan, Marul mengaku ingin membangun ekosistem media yang sehat dan berdaya saing.
Ia percaya, perubahan besar bisa dimulai dari daerah. Malam itu, Ahmad Marul Saleh bukan sekadar tokoh yang dilantik.
Ia adalah simbol perjuangan jurnalis daerah yang terus menyala, bahkan ketika lilin cahaya sering kali nyaris padam.






