PAMEKASAN, MaduraPost – Sejumlah wartawan di Kabupaten Pamekasan melayangkan kritik terhadap pemenang sayembara maskot Pilkada yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat.
Kritik ini berfokus pada penggunaan bahasa Jawa dalam maskot tersebut, yang dinilai mengabaikan kearifan lokal Madura.
Taufiqurrahman, seorang jurnalis dari Kompas, mengungkapkan ketidakpuasannya.
“Ojok lali coplos ya, itu kan bahasa Jawa. Di mana kearifan lokalnya?” ujarnya.
Menurut Taufiqurrahman, penggunaan bahasa Jawa dalam maskot tersebut tidak sesuai dengan semangat lokalitas yang seharusnya dijunjung tinggi dalam ajang Pilkada Pamekasan 2024.
Maskot yang dipermasalahkan itu sebenarnya sudah mencerminkan daerah dari segi visual, yakni gambar sapi yang mengenakan baju merah putih khas Madura.
Namun, penggunaan bahasa Jawa dalam slogannya menjadi titik kritik utama.
Ketua Aliansi Jurnalis Pamekasan (AJP), Khairul Umam, turut menyuarakan keprihatinannya.
Ia meminta agar KPU melibatkan organisasi kebudayaan Madura seperti Pakem Maddhu dalam sayembara maskot dan jingle Pilkada berikutnya.
“Pakem Maddhu bisa dilibatkan, sehingga pemakaian bahasa dan istilah Madura benar-benar diprioritaskan untuk masuk nominasi,” tegas Khairul Umam.
Kritik dari wartawan ini menunjukkan adanya keinginan kuat dari masyarakat lokal untuk menjaga dan mempromosikan budaya serta bahasa daerah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam kegiatan politik seperti Pilkada.
Respon dari KPU Pamekasan atas kritik ini tentu dinantikan oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pelestarian budaya lokal.***






