Scroll untuk baca artikel
Daerah

Musim Kemarau Tiba, BMKG Sumenep Jelaskan Suhu Dingin Pagi Hari

Avatar
6
×

Musim Kemarau Tiba, BMKG Sumenep Jelaskan Suhu Dingin Pagi Hari

Sebarkan artikel ini
Foto ilustrasi.

SUMENEP, MaduraPost – Menjelang akhir bulan Juli, belakangan suhu dingin terjadi di wilayah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Rabu, 27 Juli 2022.

Suhu dingin ini terjadi pada waktu malam dan juga pagi. Bahkan, masyarakat menyampaikan bahwa suhu terasa sangat dingin terutama saat menjelang pagi hari.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

“Ini cuacanya kalau sudah menjelang pagi, sangat dingin sekali. Tidak seperti biasanya,” ungkap Matla’i, salah satu warga Desa Kebunan, Kecamatan Kota pada MaduraPost, Rabu (27/7).

Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalianget Sumenep, Usman Holid menjelaskan, fenomena suhu udara dingin merupakan peristiwa alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau.

Baca Juga :  Kepala Desa Panglemah Gencar Melakukan Penyemprotan Disinfektan sebagai Antisipasi Covid-19

Di mana, puncak musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan Juli hingga September mendatang.

“Suhu dingin biasa terjadi setiap tahun pada puncak musim kemarau. Saat ini, wilayah Jawa sudah menuju periode puncak kemarau,” kata Usman saat dikonfirmasi melalui sambungan selularnya.

Pihaknya menerangkan, adanya suhu dingin disebabkan adanya angin dari timur Benua Australia yang mengakibatkan pola tekanan udara yang relatif tinggi ke Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsun Dingin Australia.

Baca Juga :  Guyub dan Rukun, Begini Kebersamaan Warga Kebunan Sumenep Sambut HUT ke-80 Kemerdekaan RI

Disamping dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa turut berpengaruh terjadinya suhu dingin di malam hari.

Sebab tidak adanya uap air, sehingga menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

“Langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. Sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari,” papar Usman.

Baca Juga :  Proyek SDN Rp395 Juta di Probolinggo Pakai Fasilitas Sekolah, Pemilik CV dan Oknum Kabid Disorot

Menurutnya, fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.

“Artinya, saat malam hari di langit tidak ada awan yang menghalangi sehingga radiasi dingin langsung terlepas. Itulah yang menyebabkan adanya suhu dingin saat malam hingga pagi hari,” pungkasnya.