Scroll untuk baca artikel
Umum

Detik-detik Peringatan Hari Pahlawan, Peran Bung Tomo Dibalik Pertempuran 10 Nopember 1945

Avatar
7
×

Detik-detik Peringatan Hari Pahlawan, Peran Bung Tomo Dibalik Pertempuran 10 Nopember 1945

Sebarkan artikel ini
Bung Tomo Berpidato Didepan Rakyat Jawa Timur. (Foto: Keluarga)

SURABAYA, MaduraPost – Menjelang peringatan hari pahlawan, Surabaya menjadi saksi sejarah dibalik tragedi pertempuran 10 Nopember 1945. Dalam peristiwa ini, apa sebenarnya peran Bung Tomo dibalik pecahnya tragedi ini.

Dikutip dalam buku karya Bung Tomo sendiri “Bung Tomo: Dari 10 Nopember 1945 ke Orde Baru”, dirinya menceritakan secara jelas terkait serangan Sekutu yang menghabiskan 16 nyawa warga Surabaya.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Keberadaan Bung Tomo saat kejadian mengundang deretan pendapat, salah satu pendapat diutarakan oleh putranya sendiri, Bambang Sulistimo.

“Dia di tengah pertempuran, bersama laskar,” kata putra Bung Tomo, seperti dikutip dari laman Tempo, Selasa, 10 November 2015.

Baca Juga :  Ambisi Kades Gersik Putih Ingin Kuasai 20 Ha Hingga Terbit SPPT, Pemkab Sumenep Tidak Bisa Apa-apa?

Laskar yang dimaksud itu merupakan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia, organisasi yang dibentuk Bung Tomo pada 12 Oktober 1945. Meski demikian, Bambang tidak menerangkan secara detail keberadaan Bung Tomo dan laskarnya saat melakukan pertempuran.

“Mungkin di markas mereka di Jalan Biliton,” imbuhnya singkat.

Pendapat lain datang dari Seniman K’tut Tantri pada halaman “Revolt ini Paradise, saat tragedi berlangsung, ia berada di Surabaya waktu Sekutu membumihanguskan Surabaya.

Tantri pernah menjadi tahanan Jepang, setelah keluar dari kurungan, Seniman berdarah Skotlandia tersebut dituduh menjadi mata-mata. Seniman perempuan itu kemudian bergabung dengan Barisan Pemberontak sebagai penyiar Radio Pemberontakan, ia menyiarkan secara khusus untuk siaran berbahasa Inggris.

Baca Juga :  21 Personil Satreskoba Polres Sumenep di Tes Urine

Saat pertempuran 10 Nopember 1945 meledak, ia tetap bertahan di studio Radio Pemberontakan yang berada di Jalan Mawar, Surabaya. Di Jalan Mawar ia bertahan hingga 14 November 1945 sebelum akhirnya mengungsi ke selatan.

“Saat itu Bung Tomo sudah pindah ke Malang dan siaran dari sana,” tulis K’tut dalam bukunya.

Sekutu terus memburu Bung Tomo, yang berhasil menangkapnya akan diberikan apresiasi secara khusus, karena itu Bung Tomo pindah karena merasa kurang aman. Namun, sorakan Bung Tomo terus bergema tiada hentinya meski siaran dari Malang.

Baca Juga :  Kapal DBS III tak Kunjung Beroperasi, PT Sumekar Grup Didemo

“Darah pasti banyak mengalir. Jiwa pasti banyak melayang. Tetapi, pengorbanan kita tidak akan sia-sia, Saudara-saudara. Anak-anak dan cucu-cucu kita di kemudian hari, Insya Allah, pasti akan menikmati segala apa hasil daripada perjuangan kita ini,” Tukas Bung Tomo berapi-api pada 10 November 1945.

Orasi Bung Tomo terus menyulutkan api semangat pemuda-pemuda. Pidatonya terus menggema, terdengar sampai ke Yogyakarta dan Jakarta tanpa hentinya.