Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Dihantam Banjir, PATM Miliaran Gagal Fungsi di Sumenep

Avatar
7
×

Dihantam Banjir, PATM Miliaran Gagal Fungsi di Sumenep

Sebarkan artikel ini

SUMENEP, MaduraPost – Pompa Air Tanpa Motor (PATM) di Desa Lebbeng Barat, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengalami gagal fungsi sebab dilanda bencana alam.

Akibat bencana alam berupa banjir bandang tersebut membuat tanah dibagian sisi selatan sungai ambles. Karena arus air serta curah hujan yang tinggi membuat sejumlah pohon disekitar PATM tumbang.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Bagaimana kondisi bangunan PATM saat ini? dari hasil investigasi MaduraPost ke lokasi, berikut uraian awal mula PATM dibangun hingga bencana alam mengancam.

PATM Rp 4,8 Miliar Hanya Bertahan Tiga Bulan

Untuk pertama kalinya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, melalui Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) setempat, meresmikan pembangunan PATM di Desa Lebbeng Barat. Senin, 2 November 2020 lalu.

Peresmian secara simbolik pembangunan PATM itu dilakukan dengan peletakan batu prasasti dan tanda tangan Bupati Busyro Karim didampingi Kepala Dinas (Kadis) PU SDA Sumenep, Chainur Rasyid.

PATM Dibangun disalah satu sungai yang terletak di Dusun Galuguran, Desa Lebbeng Barat, bernama ‘Sumber Lembung’. PATM sendiri dibuat pertama kali di Kecamatan Pasongsongan utamanya Sumenep.

Tujuannya, untuk menampung ketersediaan air bagi lahan warga. Mengingat, di Desa tersebut sering alami kekeringan saat musim kemarau tiba.

Melalui PU SDA, Pemkab Sumenep menggelontorkan anggaran sebesar 4,8 miliar atau nilai kontrak Rp. 4.860.970.000,00 untuk menyelesaikan proyek tersebut. Kegiatan konservasi sumber air baku itu mengambil dari dana Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) tahun 2020.

Setelah dilakukan lelang, pemenang tender tersebut jatuh pada CV. Sady Family sebagai pelaksana, dengan nomor SPK/Kontrak : 602.1/01/.PATM-L.KT/435.110.2/2020. Pekerjaan proyek dengan volume satu paket itu ditarget dengan masa pelaksanaan 150 hari kalender.

Surat permohonan masyarakat Desa Lebbeng Barat kepada Bupati Sumenep, perihal penghapusan aset bendungan lama yang menjadi penyebab banjir bandang setiap tahun. (Istimewa)

PATM ditaksir akan bermanfaat bagi warga secara menyeluruh, tidak hanya Desa Lebbeng Barat, namun Desa tetangga meliputi Lebbeng Timur, Prancak, dan Montorna juga akan merasakan dampaknya.

PATM memiliki 17 pompa air dengan satu tandon. Daya tampungnya pun bisa mencapai hingga 72 liter. Sementara, daya isi tandon saat mengisi air hanya memerlukan waktu 50 menit.

Ada dua bendungan PATM yang terdiri dari bendungan I dengan 7 pompa, dan dendungan II 10 pompa. Jika dijumlah, terdapat 17 pompa. Jarak 17 pompa itu, langsung menuju tandon dengan ketinggian permukaan 72 meter dari tanah.

Baca Juga :  Diduga Mengantuk Hingga Hantam Pohon Asam, Satu Orang Luka Parah

PATM yang digarap sejak tanggal 28 April 2020 itu berakhir pekerjaannya pada 12 November 2020 lalu. Namun, tiga bulan dari peresmian, bencana alam tak terduga melanda proyek tersebut.

Konsultan Sebut Bendungan Lama Picu PATM Ambles

Konsultan pekerja PATM, Safril Hidayat mengatakan, sebelum PATM dibangun di Desa Lebbeng Barat, Pemprov Jatim telah membangun satu bendungan disebelah hulu. Dayat menyebutnya bendungan lama (Atas), sebab berada lebih tinggi dari letak PATM dibuat.

INVESTIGASI. Kondisi PATM bendungan I saat tertimpa musibah bencana alam, sejumlah pohon sekitar bangunan terlihat roboh. (dok Madura Post)
INVESTIGASI. Kondisi PATM bendungan I saat tertimpa musibah bencana alam, sejumlah pohon sekitar bangunan terlihat roboh. (dok Madura Post)

Jarak bendungan utama sekitar 200 meter dari PATM bendungan I. Sedangkan bendungan I ke bendungan II atau bendungan hilir PATM berjarak sekitar 400 meter. Kemudian, jarak lokasi jalan Dusun Galuguran menuju lokasi PATM sendiri bisa ditempuh sekitar 600 meter.

Dayat menerangkan, sungai sumber lembung adalah tempat pembuangan terakhir dari lini sungai yang ada di Kecamatan Pasongsongan. Misalnya, sungai dari Desa Lebbeng Barat, Lebbeng Timur, Prancak, Montorna, dan kawasan yang masuk Kabupaten Pamekasan, yakni Sanah Tengah dan Sanah Laok.

Menurutnya, warga setempat telah sepakat untuk meniadakan bendungan lama (Atas). Sebab, kata Dayat, dengan adanya bendungan atas tersebut, saat hujan turun dengan intensitas tinggi hanya menjadi penghambat dan meluapnya arus sungai yang mengakibatkan banjir bandang terjadi.

“Jadi, aset bendungan lama yang ada di atas bendungan PATM diminta untuk segera di hapus,” kata Dayat pada pewarta, Jumat (23/1).

Disisi lain, bersama tokoh masyarakat Lebbeng Barat yang dipelopori KH. Taufik Jamali, telah berkirim surat kepada Bupati Sumenep untuk segera melihat dampak dari luapan air bendungan lama yang setiap tahunnya menggenang ke lahan warga dan sumur gali milik masyarakat.

Disamping itu, isi surat tersebut juga berbunyi soal dampak luapan air dari bendungan lama yang mengakibatkan kerusakan tanggul penahan bendungan PATM hingga bocor.

“Dari pihak warga itu mengajukan permohonan kepada Kabupaten untuk membongkar bendungan lama. Karena mereka mengerti fungsinya nanti sudah beralih ke PATM itu,” ucap Dayat.

Dayat memprediksi, jika bendungan lama masih ada, dampak banjir masih akan terus terasa oleh masyarakat.

Baca Juga :  Ngeri! Moncong Ikan Marlin Tertancap di Telinga, Warga Pamekasan Dilarikan ke RS Surabaya

Secara metedologi, penyebab banjir bisa dilihat dari dua unsur. Dayat menjelaskan tentang unsur alam dan manusia. Unsur alam adalah pengalihan lahan. Sehingga, jika awal mula terdapat sawah dan ladang kini berubah menjadi pemukiman.

“Semoga cepat dilakukan penebingan teknis atau lonjong pada PATM, agar dapat menehan banjir,” tukasnya.

Pendapat Warga Tentang Rekontruksi PATM 

Banjir bandang sering tejadi di Desa Lebbeng Barat akibat meluapnya sungai sumber lembung di Dusun Galuguran setiap tahun. Berdasarkan pengakuan warga, Mohammad Bahar (44), banjir bandang yang mengakibatkan PATM gagal fungsi tersebut menjadi bencana alam terparah tahun 2021 ini.

III : INVESTIGASI. Kondisi bendungan lama (Atas), sebelum dibangun adanya PATM oleh Pemerintah Kabupaten. Bendungan tersebut dinilai penyebab banjir bandang meluap dan membuat ambles tanah di bendungan PATM I dan II. (Madura Post/M.Hendra.E)

“Apalagi hujannya yang sangat deras. Kalau banjir bandang memang setiap tahun,” kata Bahar, saat ditemui pewarta dikediamannya.

Dia menilai, adanya pembangunan PATM tersebut telah bermanfaat bagi masyarakat. Sayangnya, sebab faktor alam yang kurang bersahabat, sambung Bahar, saat ini PATM belum bisa digunakan.

“Hujan yang bertubi-tubi ini yang membuat banjir terjadi. Banjir tahun ini lebih besar dari tahun yang sebelumnya,” katanya.

Pekerja Alami Kendala Saat Pembangunan PATM

Disisi lain, soal banjir bandang yang membuat PATM gagal fungsi, para pekerja mengaku kesulitan saat mengangkut material ke lokasi pekerjaan proyek.

Misalnya saja Bahar, dia menerangkan, area yang terjal sempat menjadi kendala saat pelaksanaan pembangunan. Sebanyak 30 orang pekerja dari masyarakat setempat termasuk dirinya, dengan gigih menerima hukum alam tersebut. Medan yang cukup licin, kata dia, tetap dikerjakan sebaik mungkin.

“Tapi jika melihat cuaca, saat hujan lebat tidak dikerjakan. Materialnya ditempatkan di pemukiman warga. Kendalanya hanya hujan. Tapu kami bersyukur adanya PATM ini,” akuinya.

Warga lain juga menganggap, jalan terjal menjadi kendala terselesainya PATM dari target yang semula akan tepat waktu menjadi molor. Hal itu dikatakan Sura’is (60), material proyek sedikit lambat masuk ke lokasi pengerjaan.

“Kesulitannya ya dari jalan ini. Kalau hujan sudah pasti sulit masuk,” ujarnya.

PATM Dibangun untuk Tampung Pertanian Warga

Dari informasi yang dihimpun MaduraPost, Desa Lebbeng Barat memiliki dua musim, diantaranya hujan dan kemarau. Jika sudah dua musim terlewati, maka tidak akan ada lagi musim tanam, sebab kesulitan air.

Baca Juga :  Kuasa Hukum Bang Alief Heran DPO Kasus Bank Jatim Baru Dikeluarkan Setelah Kasus Bergulir Lama

Masih kata Bahar, dia menuturkan, saat musim kemarau tiba, warga setempat  menggunakan pompa air. Pompa air ini dimiliki per-warga alias perorangan.

Bahan bakarnya pun menggunakan premium atau jenis bensin, tergantung kebutuhan yang dipakai warga. Bagaimana jika ada warga yang tidak punya pompa ?

Bahar mengungkapkan, ada beberapa warga yang memilih jasa sewa pompa air. Harganya pun bervariatif, tergantung jarak dan banyaknya pemakaian pengambilan air yang akan dialirkan ke ladang warga.

Kondisi PATM bendungan II yang terletak sekitar 200 meter dari PATM bendungan I juga mengalami kerusakan akibat banjir. (dok Madura Post)

“Harapannya, PATM ini bisa segera selesai, dibangun kembali sesuai target di awal, agar dampaknya terasa bagi masyarakat,” harapnya.

Terpisah, Surai’is berpandangan, adanya PATM nanti di Desanya selain memiliki dampak positif juga ada dampak negatif.

“Bermacam, ada yang menguntungkan dan yang merugikan. Seperti halnya bendungan ke II yang juga belum selesai,” kata dia.

Jika dilihat dari kacamata negatif, Sura’is mengaku bendungan II PATM diharapkan agar segera selesai, agar normalisasi sungai bisa menahan adanya banjir bandang tahunan itu.

“Misalnya bendungan II itu belum selesai dikerjakan, maka akan mengganggu ke sawah warga jika terjadi banjir lagi,” jelasnya.

Sedangkan, hal positifnya, dia menilai PATM sangat membantu pengairan ladang warga saat musim kemarau tiba.

“Kecuali jika tidak ada banjir ini tidak mungkin terganggu. Bendungan II itu kan lebih tinggi dari pada sawah warga. Jika sudah musim kemarau sangat membantu adanya PATM ini,” timpalnya.

Respons PU SDA Sumenep Tentang Banjir Bandang

Menanggapi bencana alam di pembangunan PATM itu, Kadis PU SDA, Chainur Rasyid, melalui Kepala Bidang (Kabid) PPSDA dan Binman, Agus Ribut Susanto menerangkan, jika kerusakan material PATM memang disebabkan oleh faktor alam.

Dia mengaku, telah berkoordinasi dengan pihak rekanan untuk segera memperbaiki pembangunan tersebut dimasa pemeliharaan PATM itu.

“Kondisinya disana memang tanahnya di area tanah belum ada tebing, maka dimungkinkan gampang ambles,” katanya.

Dari kerusakan itu, pihaknya mengatakan telah dalam proses perbaikan. Sebab, akibat kendala hujan, proses dikontruksi bangunan menjadi syarat kendala para pekerja mengangkut bahan material ke lokasi.

“Saat ini dalam proses perbaikan,” pungkasnya.

(Mp/al/rus)