NASIONAL, MaduraPost – Sektor industri garam nasional merupakan bagian strategis yang berperan penting dalam menopang ketahanan ekonomi dan industri di Indonesia.
Garam bukan hanya kebutuhan rumah tangga, tetapi juga menjadi bahan baku utama untuk berbagai sektor industri, seperti makanan, farmasi, dan tekstil.
Namun, persoalan seperti ketergantungan pada impor dan fluktuasi harga terus menjadi tantangan yang dihadapi pemerintah, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai langkah telah diambil untuk meningkatkan produksi garam domestik demi memperkuat stok nasional sekaligus menjaga stabilitas harga.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, yang menyebutkan bahwa pemerintah akan menghentikan impor garam konsumsi mulai tahun 2025.
“Tahun depan kita tidak boleh impor garam untuk konsumsi lagi. Hal ini diatur dalam revisi Perpres Nomor 126 Tahun 2022 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional,” kata Zulkifli Hasan usai Rapat Terbatas Tingkat Menteri Bidang Pangan di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, pada 28 November 2024 lalu.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah bersama pemangku kepentingan telah merumuskan langkah-langkah strategis guna meningkatkan produksi garam dalam negeri.
PT Garam, sebagai badan usaha milik negara, juga menyatakan kesiapan mereka dalam mendukung program Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional.
Hingga 29 Desember 2024, PT Garam mencatat saldo stok fisik di gudang sebesar 370.493,93 ton, dengan stok bebas sebanyak 272.643,93 ton.
Data ini menunjukkan upaya nyata untuk menjaga ketersediaan garam berkualitas demi memenuhi kebutuhan pasar.
Selain itu, produksi garam bahan baku tahun ini tercatat sebesar 270.793,41 ton, atau 84,6% dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024. Untuk produksi garam olahan, PT Garam menghasilkan 56.601 ton sepanjang tahun ini.
Selain produksi, PT Garam juga berperan aktif dalam mempromosikan garam konsumsi beryodium melalui merek Cap Segitiga G dan Anak Sehat, guna mendukung pola hidup sehat masyarakat Indonesia.
Keberhasilan peningkatan produksi garam nasional ini tak lepas dari kerja sama antara PT Garam, pemerintah, petani, dan pelaku industri.
Melalui strategi optimalisasi lahan, pemanfaatan teknologi modern, serta kemitraan dengan berbagai pihak, Indonesia berhasil memperkuat stok garam nasional dan menstabilkan harga.
Pencapaian ini tidak hanya berdampak positif pada ekonomi, tetapi juga menjadi langkah awal menuju kemandirian dalam sektor garam.
Dengan melanjutkan upaya yang ada dan mengatasi tantangan yang masih dihadapi, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemain utama dalam industri garam dunia di masa depan.***