SAMPANG, MaduraPost – Di tengah semangat para atlet muda menaklukkan dinding tebing buatan, ada karat yang perlahan menggerogoti semangat mereka. Sarana olahraga panjat tebing milik Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Sampang kini tak lagi gagah seperti dulu. Besi-besi yang dulu menjadi penopang prestasi kini berwarna coklat kusam, rapuh dimakan usia dan hujan yang terus mengguyur tanpa pelindung.
Mahardika Surya Arbianto, Ketua FPTI Sampang, tak bisa menyembunyikan rasa kecewa saat menunjukkan kondisi fasilitas itu.
“Sudah bisa dilihat sendiri, besinya karatan semua. Tidak pernah ada pemeliharaan,” ucapnya, Kamis (22/05/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nada suaranya tegas, namun tak bisa menyembunyikan kekhawatiran mendalam akan keselamatan atlet yang setiap hari bergelut dengan risiko.
Olahraga panjat tebing bukan sekadar olahraga. Ia adalah latihan mental, fisik, dan keberanian. Namun di Sampang, olahraga ini seperti anak tiri. Sejak berdiri, sarana tersebut belum pernah tersentuh dana pemeliharaan. Ironisnya, padahal para atletnya masih aktif berlatih, bahkan siap bertanding untuk mengharumkan nama daerah.
Pihak Disporabudpar Kabupaten Sampang tak tinggal diam. Kepala dinas, Marnilem, menyatakan pihaknya sudah mengusulkan dana pemeliharaan. Tapi apa daya, tahun 2025 usulan itu belum juga disetujui.
“Kami sudah berusaha. Harapannya tahun depan bisa disetujui kalau PAD meningkat,” ujarnya dari balik meja kantornya.
Namun harapan itu terasa jauh bagi para atlet yang setiap harinya berlatih dengan risiko karat dan besi rapuh. Dari total anggaran Rp260 juta yang dimiliki bidang olahraga, hanya Rp30 juta untuk pemeliharaan. Dan ironisnya, dana itu pun hanya cukup untuk lampu dan sapu.
“Khusus untuk cat besi panjat tebing memang tidak ada,” tutur Isma Ulfah, Kabid Pemuda dan Olahraga.
Berita tentang kondisi menyedihkan ini akhirnya sampai ke telinga anggota DPRD Sampang. Mahfud, Ketua Komisi IV yang membidangi olahraga, langsung merespons. Ia berjanji akan mendorong adanya alokasi dana melalui Perubahan Anggaran Keuangan (PAK).
“Ini hanya butuh pengecatan anti karat. Biayanya tidak besar. Tapi nyawa atlet taruhannya,” katanya.
Mahfud menambahkan bahwa perhatian pada olahraga jangan hanya diberikan saat event besar datang. “Kami di DPRD sudah usulkan sejak pembahasan anggaran tahun lalu. Olahraga itu bagian dari investasi kesehatan masyarakat,” tegasnya.
Tak hanya panjat tebing, GOR indoor untuk bulu tangkis pun luput dari perhatian. Padahal fasilitas itu berpotensi memberikan pemasukan daerah lewat retribusi.
Kini, para atlet panjat tebing Sampang hanya bisa berharap. Pada karat yang tak kunjung digosok, pada janji yang belum tentu cair. Di antara dinding tebing buatan dan matahari yang mulai tinggi, mereka tetap berlatih. Menantang gravitasi, dan mungkin juga sistem.
Penulis : Imron Muslim
Editor : Nurus Solehen