Scroll untuk baca artikel
Opini

Mengurai Tantangan Pilkada di Madura: Antara Harapan dan Realita

Avatar
16
×

Mengurai Tantangan Pilkada di Madura: Antara Harapan dan Realita

Sebarkan artikel ini
Suasana TPS di Kabupaten Bangkalan, Madura. (Foto: Nayla Fahira Marlinton)

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Madura selalu menjadi sorotan, baik dari segi politik maupun sosial. Pulau yang terkenal dengan budaya dan tradisinya ini menghadapi berbagai tantangan dalam setiap pelaksanaan Pilkada. Dari harapan masyarakat akan perubahan hingga realita politik yang kompleks, Pilkada di Madura menyimpan banyak cerita yang menarik untuk diungkap.

Masyarakat Madura memiliki harapan besar terhadap Pilkada. Mereka menginginkan pemimpin yang mampu membawa perubahan positif, meningkatkan kesejahteraan, dan menjaga kearifan lokal. Pemimpin yang diharapkan adalah sosok yang tidak hanya memahami kebutuhan masyarakat, tetapi juga mampu mengimplementasikan kebijakan yang berpihak pada rakyat. Harapan ini sering kali disuarakan dalam kampanye dan dialog publik.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Baca Juga :  Dua Tahun Kepemimpinan JIHAD, Infrastruktur Masih Terpusat di Perkotaan

Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa Pilkada di Madura tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah politik uang yang masih marak terjadi. Menurut laporan dari Bawaslu, praktik politik uang di Madura meningkat sebesar 15% dibanding Pilkada sebelumnya. Praktik ini tidak hanya merusak integritas pemilihan, tetapi juga menghambat munculnya pemimpin yang benar-benar berkualitas. Selain itu, konflik antarpendukung sering kali terjadi, yang dapat mengganggu stabilitas dan keamanan selama proses Pilkada.

Baca Juga :  Hikmah Ramadhan: Islam Agama Lapang di Tengah Pandemi Covid-19

Tantangan lainnya adalah rendahnya partisipasi pemilih. Data dari KPU menunjukkan bahwa partisipasi pemilih di Madura pada Pilkada terakhir hanya mencapai 65%, jauh di bawah target nasional sebesar 77,5%. Banyak masyarakat yang merasa apatis terhadap proses politik karena merasa tidak ada perubahan signifikan yang terjadi meskipun telah berganti pemimpin. Hal ini diperparah dengan kurangnya edukasi politik yang membuat masyarakat kurang memahami pentingnya partisipasi dalam Pilkada.

Media memiliki peran penting dalam mengawal proses Pilkada. Melalui pemberitaan yang objektif dan edukatif, media dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi politik yang bersih dan jujur.

Baca Juga :  Mengelola SDM dengan Adab dan Akhlak

Selain itu, edukasi politik yang dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi masyarakat, sangat diperlukan untuk meningkatkan partisipasi dan kesadaran politik masyarakat. Misalnya, program “Sadar Pilkada” yang diluncurkan oleh Pemprov Jawa Timur telah berhasil meningkatkan partisipasi pemilih muda sebesar 10% dalam tiga tahun terakhir.

Pilkada di Madura adalah cerminan dari harapan dan realita yang ada di masyarakat. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, harapan akan perubahan tetap ada. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk memastikan bahwa Pilkada berjalan dengan jujur, adil, dan membawa manfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, harapan masyarakat Madura akan pemimpin yang berkualitas dan berpihak pada rakyat dapat terwujud.

* Penulis: Nayla Fahira Marlinton