PAMEKASAN, MaduraPost – Madura bukan hanya dikenal dengan karapan sapi, garam, atau perbukitan kapurnya, tetapi juga dengan nilai-nilai sosial yang begitu kuat.
Salah satu prinsip hidup yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Madura adalah “bhuppa’-bhâbhu’-ghuru-rato”, yaitu konsep penghormatan kepada orang tua (bhuppa’), ibu (bhâbhu’), guru (ghuru), dan pemimpin (rato).
Prinsip ini bukan sekadar pepatah turun-temurun, melainkan telah menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Masyarakat Madura percaya bahwa kesuksesan dan keberkahan hidup seseorang sangat bergantung pada bagaimana ia menghormati orang-orang yang lebih tua dan berpengaruh dalam hidupnya.
1. Bhuppa’ Bhâbhu’: Orang Tua adalah Segalanya
Di masyarakat Madura, orang tua adalah sosok yang paling dihormati. Hubungan antara anak dan orang tua bukan hanya sebatas ikatan keluarga, tetapi juga kewajiban moral dan spiritual.
Kata-kata orang tua dianggap sakral dan harus didengar serta ditaati. Anak-anak Madura tidak akan berani membantah atau melawan perkataan ayah dan ibu mereka, karena dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan yang bisa membawa ketidakberkahan dalam hidup.
Restu orang tua adalah kunci kehidupan. Dalam urusan pekerjaan, pernikahan, hingga keputusan penting lainnya, restu ayah dan ibu selalu menjadi hal utama yang harus diperoleh.
Bahkan, seseorang yang melanggar restu orang tua sering kali dianggap akan mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Menghormati orang tua tidak berhenti saat mereka meninggal. Banyak tradisi yang dilakukan untuk tetap menunjukkan bakti kepada orang tua yang telah tiada, seperti tahlilan, ziarah kubur, dan sedekah atas nama mereka.
2. Ghuru: Guru adalah Cahaya Kehidupan
Selain orang tua, guru juga menempati posisi yang sangat tinggi dalam hierarki penghormatan masyarakat Madura.
Ilmu dianggap lebih berharga dari harta. Masyarakat Madura percaya bahwa keberkahan hidup tidak hanya datang dari kerja keras, tetapi juga dari ilmu yang diberikan oleh guru.
Oleh karena itu, murid-murid di Madura selalu menjaga adab terhadap guru mereka, baik di dalam maupun di luar kelas.
Pesantren menjadi pusat pendidikan utama. Banyak anak-anak Madura yang dikirim ke pesantren sejak kecil, bukan hanya untuk menuntut ilmu agama, tetapi juga untuk belajar menghormati dan menaati kyai mereka.
Murid tidak boleh melawan atau membantah guru. Bahkan, dalam beberapa cerita masyarakat, murid yang durhaka kepada gurunya sering kali dipercaya akan mendapatkan kesialan dalam hidup.
3. Rato: Pemimpin adalah Panutan
Di Madura, pemimpin bukan sekadar orang yang memegang kekuasaan, tetapi juga tokoh yang harus dihormati dan ditaati.
Kepatuhan kepada pemimpin adalah bagian dari budaya. Masyarakat Madura cenderung loyal kepada pemimpin yang dianggap adil dan berwibawa.
Itulah mengapa dalam politik lokal, figur-figur yang memiliki garis keturunan atau hubungan dengan kyai atau tokoh besar sering kali lebih dihormati.
Kyai sebagai pemimpin spiritual. Selain pemimpin pemerintahan, masyarakat Madura juga sangat menghormati kyai dan ulama sebagai pemimpin agama yang memberikan bimbingan moral dan spiritual.
Menghormati pemimpin berarti menjaga keharmonisan sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap keputusan yang dibuat oleh pemimpin desa atau tokoh masyarakat biasanya diterima dengan penuh penghormatan.
“Bhuppa’-Bhâbhu’-Ghuru-Rato” dalam Kehidupan Sehari-hari
Nilai “bhuppa’-bhâbhu’-ghuru-rato” masih sangat terasa dalam kehidupan masyarakat Madura hingga saat ini. Beberapa contoh nyata yang bisa ditemui antara lain:
Anak-anak selalu membungkukkan badan saat melewati orang yang lebih tua sebagai tanda penghormatan.
Saat berbicara dengan orang tua, guru, atau pemimpin, nada bicara harus sopan dan tidak boleh lebih tinggi dari lawan bicara.
Dalam acara-acara adat atau keluarga, anak muda harus menunggu orang tua duduk atau makan lebih dulu sebagai tanda penghormatan.
Setiap keputusan besar dalam hidup, terutama dalam pernikahan, harus melibatkan restu orang tua dan tokoh agama.
Kesimpulan
Nilai “bhuppa’-bhâbhu’-ghuru-rato” bukan hanya sekadar filosofi, tetapi telah menjadi identitas masyarakat Madura. Prinsip ini membentuk karakter mereka yang dikenal tegas, disiplin, dan loyal kepada keluarga, guru, serta pemimpin.
Meskipun zaman terus berubah, penghormatan kepada orang tua, guru, dan pemimpin tetap menjadi fondasi utama dalam kehidupan sosial masyarakat Madura.
Nilai ini menjadi salah satu warisan budaya yang harus dijaga agar tidak hilang ditelan modernisasi.***