Scroll untuk baca artikel
Seni dan Budaya

Menelusuri Jejak Tradisi Nyekar: Warisan Budaya yang Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Kini

Avatar
17
×

Menelusuri Jejak Tradisi Nyekar: Warisan Budaya yang Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Kini

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI: Tradisi Nyekar bukan sekadar kunjungan rutin ke makam, tetapi sebuah ritual penuh makna yang menghubungkan dengan akar sejarah dan leluhur. (MaduraPost/Tagar)

PAMEKASAN, MaduraPost – Di tengah pesatnya perkembangan zaman dan modernisasi yang merambah hampir setiap aspek kehidupan, masih terdapat tradisi yang kuat bertahan dan terus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia, salah satunya adalah ‘Tradisi Nyekar’.

Tradisi ini bukan sekadar kunjungan rutin ke makam, tetapi sebuah ritual penuh makna yang menghubungkan kita dengan akar sejarah dan leluhur kita.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

1. Akar Historis dan Kepercayaan

Nyekar adalah tradisi yang sangat erat kaitannya dengan masyarakat Jawa, meskipun praktik serupa juga dapat ditemukan di berbagai daerah lain di Indonesia.

Tradisi ini berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang sudah ada sejak zaman pra-Islam, di mana masyarakat percaya bahwa roh atau jiwa leluhur memiliki pengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari.

Baca Juga :  Meriahnya Budaya Petik Laut di Pantai Lon Malang Sampang

2. Ritual Nyekar

Dalam praktik nyekar, keluarga atau kerabat berkunjung ke makam leluhur pada hari-hari penting seperti hari raya Idul Fitri, atau pada momen yang dianggap penting lainnya.

Mereka membersihkan makam, menaburkan bunga, menuangkan air, membakar dupa, dan mengucapkan doa. Ini dilakukan tidak hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap yang telah meninggal, tetapi juga sebagai cara untuk memohon berkah dan perlindungan.

3. Makna Filosofis dan Sosial

Lebih dari sekadar ritual keagamaan, nyekar merupakan wujud nyata dari filosofi Jawa tentang kesinambungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Baca Juga :  Kejari Bangkalan Mengucapkan, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H

Ini adalah waktu bagi keluarga untuk berkumpul, merenung, dan mengenang bersama. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, menghormati yang lebih tua, dan pentingnya menjaga hubungan keluarga.

4. Pelestarian Tradisi

Dalam dunia yang terus berubah, pelestarian nyekar menunjukkan bagaimana tradisi dapat beradaptasi dengan perubahan sosial dan tetap relevan.

Di beberapa komunitas, nyekar tidak hanya dilakukan secara tradisional tetapi juga diintegrasikan dengan media sosial dan platform digital, memudahkan keluarga yang berjauhan untuk tetap terlibat dalam tradisi ini.

5. Kesimpulan

Baca Juga :  Misteri Karamah KH. Abdul Hamid: Jasad Tokoh Ulama Madura yang Beribadah dalam Kubur

Nyekar adalah bukti dari kekayaan budaya Indonesia yang tidak hanya bertahan menghadapi perubahan zaman, tetapi juga terus menerus menginspirasi dan mengikat komunitas.

Dengan nilai yang mendalam dan praktik yang inklusif, tradisi nyekar bukan hanya tentang mengenang yang telah pergi, tetapi juga tentang bagaimana kita, sebagai masyarakat, menghargai dan memelihara hubungan kita dengan masa lalu dan satu sama lain di masa kini.

Melalui pemahaman dan apresiasi terhadap tradisi seperti nyekar, kita diajak untuk lebih menghargai keberagaman dan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia, sekaligus mengambil peran aktif dalam pelestarian warisan budaya yang tak ternilai ini.***