Scroll untuk baca artikel
Opini

Jika Mau Demokrasi Terjaga, Harusnya Kaum Muda Tidak Alergi pada Politik

7
×

Jika Mau Demokrasi Terjaga, Harusnya Kaum Muda Tidak Alergi pada Politik

Sebarkan artikel ini
FAHRUR ROZI

DALAM konteks dinamika sosial dan politik hari ini, peran pemuda menunjukkan indikasi yang sangat optimis. Generasi muda bukan hanya sekadar penerus estafet kepemimpinan, tetapi juga sebagai agen perubahan yang vital dalam kehidupan politik bangsa. Meski seringkali kaum muda dicap sebagai kelompok apolitis atau tidak peduli terhadap politik, realitasnya jauh lebih kompleks dan penuh harapan.

Gelombang demokratisasi yang dimulai dengan reformasi 1998 telah mengantarkan kita pada bentuk kehidupan publik yang lebih terbuka, egaliter, dan demokratis. Termasuk generasi muda, ruang untuk terlibat dalam proses pembangunan baik di tingkat lokal maupun nasional.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Penting untuk memahami bahwa kaum muda saat ini memiliki potensi yang sangat besar dalam menciptakan peran dan membuka ruang dalam sosial-politik, kita adalah generasi yang mampu beradaptasi dengan teknologi digital, apalagi bisa memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan isu-isu penting seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan tentu saja politik. Fenomena viral dan trending topik di media sosial bukanlah sekadar hiburan, melainkan cerminan dari partisipasi aktif mereka dalam berbagai diskusi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Baca Juga :  Kasus Pencemaran Nama Baik PPP dan Penyebaran Hoax Masih Proses Penyelidikan Polres Sampang

Samuel P. Huntington dalam “Political Order in Changing Societies” menjelaskan bahwa stabilitas politik dan perubahan sosial memerlukan partisipasi yang melibatkan berbagai generasi. Kaum muda, dengan energi dan ide baru mereka, dapat menawarkan perspektif yang segar dalam proses pembuatan kebijakan.

Demikian pula, Robert Putnam dalam “Bowling Alone” menekankan bahwa keterlibatan dalam aktivitas politik dan sosial adalah kunci untuk menjaga kualitas demokrasi. Tanpa partisipasi aktif dari generasi muda, demokrasi kita akan kehilangan potensi inovasi dan dinamika yang diperlukan untuk berkembang.

Namun, ada tantangan signifikan yang dihadapi kaum muda dalam konteks politik. Seringkali, politik dipandang sebagai arena yang penuh dengan intrik dan korupsi, dan citra negatif ini sering kali menghalangi keterlibatan mereka. Dalam masyarakat postmodern, banyak yang beranggapan bahwa kaum muda adalah kelompok yang cenderung apatis terhadap politik, meskipun mereka aktif dalam berbagai aktivitas digital dan media sosial.

Baca Juga :  Sip Pak Kades, Pemdes Klompang Barat Bersama Disdukcapil Pamekasan Lakukan Perekaman E-KTP Di Desa Secara Gratis

Loader, Vromen, dan Xenos dalam “The Networked Young Citizen” mencatat bahwa meskipun kaum muda sering dipandang sebagai apolitis, mereka sebenarnya dapat memanfaatkan teknologi untuk menyuarakan aspirasi sosial-politik mereka.

Membangun kesadaran bahwa politik bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi adalah arena di mana ide-ide bisa diuji dan di mana aspirasi masyarakat bisa diwujudkan. Internet dan media sosial, meskipun kadang-kadang terjebak dalam hiburan, juga menawarkan peluang bagi kaum muda untuk berpartisipasi dalam politik secara kreatif dan produktif.

Sebagai generasi yang tumbuh dalam era digital, kaum muda memiliki akses dan kesempatan untuk terlibat dalam politik dengan cara yang lebih inklusif dan inovatif. Mereka memiliki potensi untuk tidak hanya berpartisipasi dalam politik, tetapi juga untuk membentuk dan mengarahkan kebijakan yang akan membentuk masa depan mereka.

Baca Juga :  Peduli Lingkungan, Forkopimcam dan AKD Kecamatan Ketapang Bersihkan Selokan

Tentu memilih terlibat dalam politik, kita tidak hanya menjaga agar demokrasi tetap dinamis akan tetapi bisa memastikan bahwa sistem politik kita bisa berkembang dan bersih dengan cara yang responsif terhadap arah global.

Demokrasi yang sehat memerlukan partisipasi dari semua lapisan masyarakat, termasuk kita sebagai kaum muda yang memiliki peran yang sangat penting. Generasi muda menjadi elemen krusial dan kunci dalam konsolidasi demokrasi yang matang, di mana kita tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga sebagai produsen ide-ide yang mampu mengubah arah kebijakan publik. Alergi bukan sebuah alasan, karena dalam politik bukanlah sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk menjaga demokrasi kita tetap dinamis, agar bisa berkembang dan memenuhi harapan generasi mendatang.

Catatan : Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis.

*Penulis adalah Mantan Anggota Kaderisasi PMII Rayon Saptawikrama Fakultas Tarbiyah IAIN Madura Periode 2022-2023 dan Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) GPPD PAYUDAN DALEMAN.