SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Opini

Implikasi Tri Motto PMII, Dzikir Fikir dan Amal Sholeh

Avatar
×

Implikasi Tri Motto PMII, Dzikir Fikir dan Amal Sholeh

Sebarkan artikel ini

SEGALA sesuatu yang ada di alam semesta ini terjadi kerena sebuah sebab-akibat, baik yang terstruktur maupun non struktur, baik yang bersifat rasional atau non-rasional. Inilah kemudia yang disebut Law Of Attraction. [1]

Apalagi akibat dari sebuah hukum langit yakni yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, justru hukum/akibat itu sendiri lebih riil aplikasinya kedalam kehidupan sehari-hari, seperti energi Shalat, Dzikir, Fikir, Sedekah, Silaturrahmi dan Amal-amal Sholeh yang lain.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Namun untuk menanam nilai-nilai Religiuitas dan Spritualitas kedalam akal-fikiran kita membutuhkan ke-imanan atau keyakinan yang kuat untuk merespon suatu sebab akibat yang diluar nalar akal-fikiran.

Ketika kita berbicara Tri Motto PMII, maka dalam fikiran kita pasti akan terbaca dalam benak kita, Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh.

Tri Motto ini harus selalu diasah dan diimplementasikan kedalam diri kita secara personal dan pada organisasi agar roda pergerakan berjalan sesuai dengan amanah pendiri PMII.

Dalam tulisan ini saya ingin mencoba memaparkan Implikasi Tri Motto  PMII terbut.

Dzikir

Sebelum kita memulai dari segala sesuatu untuk melangkah (bergerak), maka kita dituntut terlebih dahulu untuk mengingat Dzat yang menguasai segala alam semista ini.

Kerena tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi berada dalam pengawasan-Nya, Dia sebagai satu-satunya pengontrol atas aktivitas alam semista ini.

Hakikat dari semua bentuk penghambaan kepada Allah SWT adalah menyembah kepada Sang Kholiq (pencipta). Menyembah tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya dzikir (megingat Allah).

Dzikir ada kalanya dilakukan dengan hati dan ada kalanya dengan lisan, tapi yang lebih utama adalah bila dilakukan dengan hati dan lisan. [2]

Jika ditanyakan mana yang lebih baik memilih dzikir dengan lisa saja apa dengan hati?, jawabanya adalh yang lebih baik adalah dengan hati.

Dzikir tidak selalu identik dengan sebatas tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan sejenisnya, melainkan semua  amal ketaatan yang diniatkan karena Allah Swt disebut dzikir pula. [3]

Jika dzikir ini benar-benar dilakukan dengan memehuhi adab dan sunah, maka implikasi positivnya luar biasa kepada kita, akan tetapi jika seseorang tidak berdzikir maka akan ber-implikasi  nigativ yang outputnya kedalam kehidupan kita.

Diantara beberapa contoh tentang faidah implikasi dzikir adalah, untuk memudahkan akses kita untuk selalu diingat dan Mendapatkan pertolongan Allah, Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Maka ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku pun akan mengingat kalian. [4]

Jika kita sudah diingat oleh Dzat Pemilik alam semesta , maka apa yang sulit bagi kita?.

Kemudian untuk Allah menanamkan rasa tenang dan tentran kedalam hati hamba-Nya yang selalu konsisten dalam berdzikir. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Ingatlah, dengan mengingat Allah maka hati akan menjad tentram.” [5]

Baca Juga :  Membangun (Kecamatan) Sampang

Inilah hakikat puncak harapan setiap manusia baik, laki-laki perempuan, tua-muda, aktivis- non antivis.

Lagi untuk seorang yang selalu berdzikir Jauh dari perangkap setan, Allah ta’ala berfirman, yang artinya, “Barangsiapa yang berpaling dari mengingat ar-Rahman maka akan Kami jadikan setan sebagai pendamping yang selalu menemaninya.” [6]

Ini mengerikan sekali bagi kita, jika kita jauh dari mengingat Allah, maka Allah akan menjadikan setan sebagai temannya dimana kita berada dan dalam kondisi apa saja.

Kita akan selalu dianggap hidup walaupun sudah meninggal. Dikatakan dalam sebuah hadits yang artinya, “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir kepada Allah adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” [7]

Menjadi sebuah tanaman di surga. Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan, ‘SUBHANALLOH WA BIHAMDIHI’ (Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya), maka ditanamkan untuknya satu pohon kurma di surga.” [8]

Membersihkan hati dari karatnya, karena segala sesuatu ada karatnya dan karat hati adalah lalai dan hawa nafsu. Sedang untuk membersihkan karat ini adalah dengan taubat dan istighfar.

Menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa, dan ketenangan akan selalu diraih. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan selalu merasa takut dan tidak pernah merasakan rasa aman.

Itulah beberapa implikasi/sebuah akibat dari dzikir. Seandainya  kita sebagai warga pergerakan betul-betul memperhatikan dan mengamalkannya, niscaya semua line kehidupan kita akan selalu positive dan ter arah sesuai dengan kehendah Allah Swt dan Rasul-Nya, baik yang bersifat dunia ataupun ukhrawi.

Semoga kita termasuk hamba yang selalu mengingat Sang Pencipta dalam setiap saat dan keadaan. Amiin ya Rabbal Alamiin.

Fikir

Termasuk hal subtansial yang memmbedakan manusia dengan hewan adalah akal manusia itu sendiri. Ketika manusia berfikir, maka disitulah hakikatnya menjadi manusia, akan tetapi jika manusia berhenti berfikir maka disitulah manusia sudah kehilangan jati dirinya sebagai manusia yang sempurna.

Dengan berfikir manusia akan menjadi dinamis & progrisiv dalam hidupnya, sehingga tidak terjebak dalam stagnasi yang berimplikasi kepada sempitnya pemikiran yang kritis.

Dalam hal fikir ini, terutama para kader warga pergerakan sangatlah urgen dan harus dimiliki oleh setiap individu, karena kanapa?, Karena jika seorang kader sudah kering dari berfikir, maka jangan harap pergerakan kita akan menemui titik point klimaks yang kita cita-cita kan.

Berhenti berfikir bererti berhenti bergerak. Selama kader mempunyai fikir kritis, selama itu pula pergerakan akan berjalan sesuai dengan kadar fikiran kita.

Sebetulnya cara termudah untuk membuat perubahan dalam diri kita sangatlah sederhana, iaitu dengan cara mengubah pola cara berfikir (mindset) kita.

Baca Juga :  Daftar Bacawabup Lewat PPP Sumenep, Achmad Yunus: Saya Merasa Satu Ideologi

Untuk menjadi pribadi yang sukses, diperlukan ketekunan, kegigihan, dan mental yang di atas rata-rata. Kesuksesan tak hanya ditentukan oleh takdir, namun bagaimana seseorang menyikapi permasalahan.

Pola berpikir, serta pengetahuan pribadi juga menentukan kesuksesan kita. Contoh hasil fikir manusia: Bagaimana besi yang sifatnya berat yang beratnya ber ton-ton bisa melayang/terbang?, maka manusia berfikir sehingga degan hasil fikirnya tersebut jadilah pesawat yang bisa melayang/terbang, bahkan bisa mengangkut barang dan orang yang kadarnya lebih berat dari besi itu sendiri.

Kemudian besi yang sifatnya berat dan tenggelam, maka difikirkan oleh manusia, maka jadilah kapal laut yang mengambang (tidak tenggelam), bahkan bisa mengangkut barang dan orang dengan berat ber ton-ton. Itulah sebagai contoh implikasi fikir.

Namun ada fikir yang tidak kalah pentingnya, yaitu memikirkan tentang nasib kehidupan kita yang sangat panjang di akhirat kelak. Jika fikir diatas hanya kepada hal-hal yang bersifat materialis dan realistis, namun fikir ini bersifat imajinatif karana berhubungan dengan hal-hal yang Ghaib dan Mistis.

Implikasi sebuah fikir (tafakur). [9] mempunyai nilai ibadah yang sangat agung disisi Allah SWT. Dimana implikasi ini menjadi sebuah amal atau bekal kita menuju Allah SWT, yakni ketika kita menghadap kepada-Nya.

Ada banyak ayat dan hadits yang memberikan informasi tentang fikir, salah satunya firman Allah yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [10] begitu juga dalam sebuah hadits disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Tafakur(berfikir) sesaat lebih baik daripada ibadah satu tahun.” [11]

Adapun yang yang difirkan untuk mendapatkan nilai dari sebuah tafakur, maka Syekh M. Nawawi Banten mengatakan bahwa para ulama mencoba memberikan penjelasan perihal jenis tafakur yang disinggung oleh ayat tersebut. Menurut para ulama, tafakur itu terdiri atas lima jenis. [12]

Adapun lima jenis tafakur yang dikutip oleh Syekh M Nawawi Banten dari mayoritas ulama adalah sebagai berikut:

Pertama, tafakur dalam rangka merenungi ayat-ayat Allah. Dalam tafakur ini, seseorang harus bertawajuh dan meyakininya.

Kedua, tafakur dalam rangka merenungi nikmat-nikmat Allah. Tafakur ini dapat melahirkan mahabbah atau cinta pada diri seseorang kepada-Nya.

Ketiga, tafakur dalam rangka merenungi janji-janji Allah. Tafakur ini dapat menyalakan atau menambah semangat beramal saleh di hati seseorang.

Keempat, tafakur dalam rangka merenungi peringatan Allah. Tafakur ini dapat melahirkan rasa takut di hati seseorang kepada (siksa)-Nya.

Kelima, tafakur dalam rangka merenungi kelalaian diri dalam menjalankan perintah-Nya. Tafakur ini dapat menumbuhkan rasa malu di hati seseorang.

Itulah hanya beberapa implikasi fikir dan sebetunya masih banyak dan tidak terhitung jika kita lebih dalam lagi untuk menganalisisnya.

Baca Juga :  Cerpen | 345 Hari

Amal Sholeh

Setalah kita diajari dan dibawa untuk mengenanal tuhan-Nya sekaligus mentafakuri ciptaan-ciptaan-Nya, maka selanjudnya kita diajak untuk mengamalkan apa-apa yang telah dititahkan kepada kita.

Sebagai hamba yang patuh terhadap Tuhan-Nya, tidak ada alasan untuk berpaling dari perintah-Nya. Namun perlu diketahui bahwa untuk bisa berbuat amal sholeh dibutuhkan iman yang kuat sebagai motor untuk menggerakan anggota tubuh supaya beramal sholeh.

Ketika amal perbuatan tanpa didasari iman, maka akan berubah aplikasi, yakni menjadi amal salah. Ingat!, bukan amal sholeh, tapi amal salah. Jadi, pertama kali yang di lakukan oleh seorang hamba untuk bisa melahirkan amal sholeh adalah dengan mengasah iman dan terus memperbaharuinya.

Sebetulnya kalau kita patuh dan menyelami makna dan hakikat Tri Motto PMII yang pertama (Dzikir), kemudian dilanjudkan yang ke dua (Fikir), maka ke-imanan kita ter asah dan meningkat.

Karena itulah, ulama sepakat bahwa iman bisa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Sedangkan Dzikir dan Fikir merupakan bentuk ibadah atau ketaatan. Bukti kongkrit jika ketaatan menjadikan iman bertambah/ meningkat, Keterangan Sayyidina Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengajak masyarakat untuk taat kepada Allah dengan ajakan untuk menambah iman.
هَلُمُّوا نَزْدَدْ إِيمَانًا

“Mari kesini kalian, kita akan menambah iman.”

Maksuadnya adalah melakukan kajian atau ketaatan lainnya. Dari sinilah seorang warga pergerakan di wajibkan agar selalu mengadakan kajian-kajian, terutama materi tentang tri logi PMII dan ke-Aswajaan agar iman meningkat, sehingga ber implikasi kepada lahirnya amal sholeh.

Tapi situasi dan kondisi yang terjadi saat ini adalah keringnya ghiroh para kader untuk melakukan hal itu sudah mulai pudar, lebih-libih jika sudah menjadi pengurus, baik yang di tingkat PK ataupun PC.

Padahal, sebetulnya jika kita memahami posisi yang di tempati oleh pengurus merupakan post yang paling urgen dan strategis untuk melakukan Kajian-Kajian sehingga menjadikan motivasi tersendiri buat kader dan anggota.

Referensi:
[1]. LOA merupakan sebuah istilah yang berarti hukum saling tarik menarik.
[2]. Iman Nawawi, Dzikir & Doa, hal. 13.
[3]. Ibid. hal.14
[4]. (QS. al-Baqarah: 152)
[5]. (QS. ar-Ra’d: 28)
[6]. (QS. az-Zukhruf: 36)
[7]. H.R. Buhori, Muslim dan Baihaqi.(Fadoilul ‘Amal, Malana Zakaria Al-Khandahlawi), hal. 406.
[8]. (HR. Tirmidzi,no. 3464.)
[9]. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memasukkan kata “Tafakur” dengan makna renungan, perenungan, perihal merenung, memikirkan, menimbang dengan sungguh-sungguh, dan pengheningan cipta.
[10]. (Ali Imran:90)
[11]. (HR. Bukhari)
[12]. http://www.nu.or.id. Keterangan seperti ini serupa dengan apa yang telah dijelaskan oleh al Imam al Faqih Abu Lais Samarqandi dalam kitabnya Tambihul Ghafilin Hal.661.

Ditulis oleh: Moh Dzakkir (Biro Instansi & Komunikasi)

Baca berita lainnya di Google News atau langsung ke halaman Indeks

Konten di bawah ini disajikan oleh advertnative. Redaksi Madura Post tidak terlibat dalam materi konten ini.