Scroll untuk baca artikel
Sosial

Jejak Trunojoyo, Ksatria Madura yang Menggetarkan Mataram dan Belanda

Avatar
24
×

Jejak Trunojoyo, Ksatria Madura yang Menggetarkan Mataram dan Belanda

Sebarkan artikel ini
Potret lukisan sejarah Raden Trunojoyo karya D. Zawawi Imron. (IST)

PAMEKASAN, MaduraPost – Pulau Madura bukan hanya dikenal dengan tradisi karapan sapi dan budaya khasnya, tetapi juga memiliki sejarah panjang tentang perlawanan terhadap penjajahan.

 Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Madura adalah Raden Trunojoyo, seorang pemimpin pemberontakan yang melawan Belanda di bawah VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada abad ke-17.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Trunojoyo lahir pada tahun 1649 di lingkungan keluarga bangsawan Madura. Ia merupakan keturunan dari Raden Praseno atau Cakraningrat I, penguasa Bangkalan.

Namun, perjalanannya tidak selalu sejalan dengan kepentingan keluarga kerajaan yang saat itu bersekutu dengan VOC. Sejak muda, Trunojoyo dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berjiwa pemberontak.

Baca Juga :  Makam Kuno Madura di Sampang, Jejak Sejarah yang Terlupakan

Ia menolak campur tangan VOC dalam pemerintahan lokal dan merasa bahwa Madura serta Jawa harus terbebas dari pengaruh asing. Pandangan inilah yang kemudian membawanya pada jalan perlawanan.

Pada tahun 1674, Trunojoyo memimpin pasukan besar yang terdiri dari orang Madura, Jawa, dan Makassar untuk menentang kekuasaan VOC serta pemerintahan Mataram yang dianggap tunduk pada Belanda.

Perlawanan ini berkembang pesat dan berhasil merebut beberapa wilayah penting, termasuk ibu kota Mataram di Plered pada tahun 1677.

Baca Juga :  Menyingkap Potensi Tersembunyi Pulau Madura: Dari Alam hingga Budaya

Keberhasilan Trunojoyo membuatnya semakin dikenal sebagai pemimpin yang karismatik dan berani.

Namun, kekuatan gabungan VOC dan Mataram yang dipimpin oleh Amangkurat II terus berusaha menghancurkan pasukannya.

Sayangnya, perjuangan Trunojoyo berakhir tragis. Setelah mengalami kekalahan dalam pertempuran, ia akhirnya ditangkap oleh pasukan VOC yang dipimpin oleh Kapten Jonker dan Speelman pada tahun 1679.

Ia kemudian diserahkan kepada Amangkurat II dan dieksekusi di Kartasura. Meskipun gugur dalam pertempuran, Trunojoyo tetap dikenang sebagai pahlawan yang berani melawan penjajahan.

Baca Juga :  Anggota DPRD Apresiasi Kerja Aliansi Wartawan Sampang di Bulan Ramadhan

Namanya diabadikan di berbagai tempat, termasuk sebagai nama jalan utama di banyak kota di Indonesia.

Kisah perjuangan Trunojoyo menjadi inspirasi bagi banyak generasi setelahnya. Ia tidak hanya melawan penjajahan, tetapi juga menunjukkan bahwa keberanian dan tekad dapat menggerakkan perubahan besar.

Hari ini, Trunojoyo tetap menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan bagi masyarakat Madura.

Semangatnya untuk mempertahankan kedaulatan dan martabat bangsanya masih relevan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam menjaga identitas budaya dan semangat perjuangan melawan ketidakadilan.***