SUMENEP, MaduraPost – Memasuki bulan Ramadan 2025, harga berbagai kebutuhan pokok di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, masih cenderung stabil.
Bahkan, beberapa komoditas yang sebelumnya mengalami kenaikan kini mulai menunjukkan tren penurunan.
Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskop UKM dan Perindag) Sumenep, Idham Halil mengungkapkan, bahwa hasil pemantauan di Pasar Anom Baru sebagai pasar utama di Sumenep menunjukkan kondisi harga yang masih terkendali.
“Sampai saat ini, harga di Pasar Anom masih relatif stabil,” kata Idham pada wartawan, Kamis (12/2).
Sejumlah bahan pangan mengalami penurunan harga, seperti cabai besar yang semula dibanderol Rp56.000 kini turun menjadi Rp40.000 per kilogram.
Hal serupa terjadi pada cabai rawit, yang sebelumnya mencapai Rp85.000, kini turun menjadi Rp52.000 per kilogram.
Sementara itu, harga beras tetap berada pada level yang sama tanpa mengalami kenaikan. Idham menekankan, bahwa kestabilan harga beras sangat penting karena lonjakan harga pada komoditas ini dapat berdampak pada sektor lainnya.
“Kami berharap harga-harga ini tetap stabil, terutama menjelang bulan Ramadhan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Idham menjelaskan, bahwa tren kenaikan harga biasanya terjadi saat mendekati Ramadhan, khususnya pada komoditas daging.
Namun, hingga saat ini, harga daging masih stabil, dengan daging ayam potong dijual seharga Rp38.000 per kilogram, sedangkan ayam kampung tetap di angka Rp90.000 per kilogram.
“Daging sapi juga tidak mengalami kenaikan signifikan, saat ini berkisar antara Rp125.000 hingga Rp130.000 per kilogram,” tambahnya.
Meski sempat terjadi kasus kematian sapi akibat penyakit, hal ini tidak berdampak pada ketersediaan stok di pasaran.
Namun, faktor tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen, yang berdampak pada penurunan daya beli.
“Setiap hari kami terus melakukan pemantauan, baik di Pasar Anom Baru Sumenep maupun Pasar Bangkal Sumenep,” ungkapnya.
Menurut Idham, harga-harga yang berlaku di Pasar Anom Baru tidak jauh berbeda dengan pasar lainnya di Sumenep. Namun, ada kemungkinan terjadi sedikit perbedaan harga akibat faktor transportasi.
Sementara itu, Kepala UPT Pasar Anom Baru Sumenep, Ibnu Hajar menambahkan, bahwa harga kebutuhan lain seperti produk konfeksi juga masih relatif stabil.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan harga ini adalah persaingan ketat antara pedagang pasar tradisional dan penjual berbasis online.
“Persaingan antara pasar konvensional dan online semakin ketat, sehingga para pedagang mulai menyadari pentingnya menyesuaikan strategi bisnis mereka,” jelas Ibnu.
Meski belanja online semakin diminati, peningkatan transaksi di Pasar Anom Baru tetap terjadi saat bulan Ramadan. Bahkan, omzet pedagang di pasar ini bisa meningkat hingga 50% selama periode tersebut.
“Beberapa pedagang bahkan menambah jumlah karyawan, terutama yang menjual sarung dan mukena, karena permintaan meningkat,” ujarnya.
Ibnu juga mengimbau para pedagang untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mulai memanfaatkan sistem penjualan online.
“Sebagian pedagang sudah mulai merambah ke platform digital, meskipun ada yang kurang paham teknologi. Dalam beberapa kasus, karyawan mereka yang mengambil inisiatif untuk mengelola penjualan online,” tuturnya.
Namun, Ibnu menegaskan, bahwa maraknya sistem jual beli online tidak berdampak signifikan pada operasional Pasar Anom Baru Sumenep. Hingga saat ini, tidak ada laporan mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pergeseran tren belanja tersebut.***