SUMENEP, MaduraPost – Banyaknya tuntutan masyarakat khususnya para orang tua siswa terhadap pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama masa pandemi Covid-19 semakin menyeruak.
Pasalnya, pelaksanaan PJJ di masa pandemi Covid-19 dinilai masih banyak kekurangan dan dianggap kurang efektif. Sebab itu, para pelaku pendidikan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mencari solusi bagaimana agar bisa tetap melaksanakan kurikulum pendidikan.
Solusi tersebut adalah dengan cara menerapkan kurikulum darurat di masa pandemi yang bisa dilaksanakan secara Dalam Jaringan (Daring) maupun Luar Jaringan (Luring).
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Kabid SD Disdik) Sumenep, Abdul Kadir menerangkan, tuntutan masyarakat khususnya para orang tua siswa agar tetap bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka sangat luar biasa, bahkan bisa dikatakan ekstrem, karena menganggap anaknya tidak sekolah jika hanya melaksanakan PJJ.
“Bahkan, kekhawatiran sejumlah sekolah jika siswanya bisa pindah ke Madrasah atau ke Pondok Pesantren (Ponpes) yang menerapkan kurikulum berbeda, jika tidak segera dilaksanakan Pendidikan Tatap Muka (PTM), sehingga ini perlu dicari solusi,” kata Kadir, saat ditanya Host Endah Imawati, di acara Live Tribun Jatim News yang bekerja sama dengan INOVASI bertajuk Adaptasi Kurikulum saat Pandemi, Sabtu (29/5/2021), Sabtu (29/5).
Kadir juga memaparkan, beberapa persoalan yang kerap dihadapi orang tua, diantaranya ketika anaknya bertanya kepada orang tuanya saat ada tugas dari guru yang melaksanakan pembelajaran daring.
Dari situ, mengakibatkan terjadinya konflik anak dan orang tua sebab tidak terbiasa mengajar, karena selama ini gurulah yang menjadi tempat belajar dan bertanya anaknya.
Apalagi, kata dia, keluhan biaya paket, pulsa, bahkan banyak juga siswa yang tidak memiliki Handphone (HP). Menurut Kadir, pihaknya bersama INOVASI selama ini menjadi mitra Disdik dalam meningkatkan pendidikan di Kabupaten Sumenep.
Hal itu juga bersama para kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah melakukan desiminasi, sehingga diperoleh solusi untuk melaksanakan kurikulum darurat di masa pandemi seperti saat ini.
Terpisah, salah satu Guru SDN Batuan 1 Sumenep, Maya Rusliyanti menjelaskan, dalam pelaksanaan penerapan kurikulum darurat yang dilaksanakan di sekolahnya sangat cocok diterapkan di masa pandemi.
Apalagi ketika mengikuti workshop yang dilaksanakan INOVASI bersama Disdik Sumenep beberapa waktu lalu pihaknya sangat antusias.
Dia mengungkapkan, para guru dilatih bagaimana menerapkan kurikulum darurat yang menggunakan tiga modul, yakni modul untuk guru, siswa dan orang tua.
“Dengan modul tersebut sangat cocok, karena bisa beradaptasi dengan kondisi yang ada, termasuk ketika disosialisasikan kepada para orang tua siswa, mereka gembira karena siswa juga bisa membaca dengan senang,” akuinya.
Bahkan, kata Maya, jika di sekolahnya saat ini sudah masuk zona hijau dan memungkinkan dilakukan PTM, namun tetap dilaksanakan tatap muka terbatas, yakni jumlah siswa dalam satu kelas tidak lebih dari 15 anak.
Artinya, ketika jumlah siswa lebih banyak maka dibagi dua sesi. Kemudian setiap guru melaksanakan materi pembelajaran dua kali pertemuan.
“Penerapan PTM sekolah juga tetap harus memenuhi sarana dan prasarana (Sarpras) dan Protokol Kesehatan (Prokes) seperti pengukur suhu tubuh, alat pencuci tangan, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Hal ini berlaku untuk semua, baik bagi guru dan siswa,” tukasnya.