SUMENEP, MaduraPost – Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, Agus Dwi Saputra menegaskan, bahwa menghadapi tantangan pendidikan di era digital memerlukan perhatian khusus pada tiga aspek fundamental, yakni pembentukan karakter, peningkatan kompetensi, dan penguatan literasi.
Agus menyampaikan hal ini sebagai respons terhadap derasnya arus informasi yang sulit dikendalikan, yang menuntut pendekatan pendidikan lebih adaptif dan strategis.
Menurutnya, pendidikan karakter harus menjadi landasan utama yang mengedepankan keseimbangan antara moralitas dan etos kerja.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, kompetensi dalam ilmu pengetahuan juga perlu diperkuat, sementara literasi harus dikembangkan tidak hanya dalam aspek membaca dan menulis, tetapi juga dalam hal pemahaman mendalam, berpikir kritis, serta kemampuan mengelola informasi secara efektif.
“Kita ingin membentuk generasi yang tidak hanya memiliki akhlak yang baik, tetapi juga rajin serta berorientasi pada kinerja. Jangan sampai seseorang hanya jujur tetapi malas, atau rajin namun kurang memiliki integritas,” ujar Agus, Selasa (18/5/2025).
Ia menambahkan, bahwa di era informasi seperti sekarang, pemahaman literasi harus lebih luas dari sekadar kemampuan membaca dan menulis.
Literasi yang baik mencakup kemampuan memahami isi bacaan secara utuh, berpikir kritis, dan memilah informasi yang relevan.
“Banyak orang membaca informasi secara sekilas tanpa benar-benar memahami isinya, seperti saat menerima pesan WhatsApp yang panjang. Ini adalah tantangan tersendiri yang perlu kita atasi,” tambahnya.
Penguatan Karakter Melalui P5 dan Peran Orang Tua
Sebagai langkah konkret dalam membangun karakter peserta didik, Dinas Pendidikan Sumenep telah mengintegrasikan program Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) ke dalam kurikulum sekolah dasar.
Program ini dirancang untuk tidak hanya menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, tetapi juga menumbuhkan sikap toleransi, keterampilan berpikir kritis, serta kemampuan bekerja sama dalam keberagaman.
“Anak-anak diajarkan untuk memahami dan menerima perbedaan, baik dalam aspek agama, latar belakang budaya, maupun pola pikir. Ini merupakan bagian dari pembentukan karakter yang kuat,” jelas Agus.
Selain peran sekolah, ia juga menekankan pentingnya kontribusi orang tua dalam mendukung perkembangan karakter anak.
Menurutnya, meskipun anak menghabiskan sekitar delapan jam sehari di sekolah, sebagian besar waktunya tetap berada di lingkungan keluarga.
“Pendidikan karakter yang utama justru dimulai dari rumah. Orang tua harus memiliki kedekatan emosional dengan anak, sehingga mereka merasa nyaman untuk berbagi cerita dan terbuka mengenai pengalaman di sekolah,” katanya.
Untuk membangun sinergi yang lebih baik antara sekolah dan orang tua, Agus mengajak sekolah-sekolah di Sumenep untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga siswa.
Beberapa sekolah bahkan telah menerapkan sistem penghubung khusus, seperti kepengurusan kelas, yang berperan sebagai jembatan antara guru dan wali murid.
“Istri saya sendiri pernah menjadi pengurus kelas. Ini adalah salah satu cara agar orang tua dapat lebih aktif terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka,” ungkapnya.
Mempersiapkan Generasi Tangguh di Era Digital
Agus berharap bahwa dengan pendekatan ini, pendidikan di Sumenep dapat melahirkan generasi yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat serta siap menghadapi dinamika era digital.
“Kita ingin anak-anak tidak hanya fokus pada hasil instan, tetapi juga memahami proses dalam mencapai sesuatu. Inilah kunci untuk membangun generasi yang tangguh,” jelasnya.***